"Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehor-matannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami, dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu, dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kami-lah masing-masing golongan itu akan kembali. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, sedang dia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu, dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya." (Al-Anbiya`: 91-94).
(91) Dan ingatlah Maryam عليها السلام untuk menyanjung dan menceritakan kedudukan tingginya, serta menyebarluaskan tentang kemuliaannya, ﴾ وَٱلَّتِيٓ أَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا ﴿ "yang telah memelihara kehormatan-nya," memeliharanya dari perbuatan haram dan (dari) mendekati-nya, bahkan dari hal-hal yang dihalalkan sekalipun. Ia belum me-nikah karena menyibukkan diri dengan ibadah dan menghabiskan waktunya untuk mengabdikan diri kepada Rabbnya. Ketika Jibril mendatanginya dalam rupa seorang lelaki yang normal, dengan fisik dan ketampanan yang sempurna,
﴾ قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّٗا 18 ﴿
"Maryam berkata, 'Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa'." (Maryam: 18).
Maka Allah membalasinya dengan balasan yang sesuai dengan amalannya, dan memberinya keturunan tanpa keberadaan suami. Akan tetapi (dengan cara) Jibril meniupkan padanya ruh sehingga hamil dengan izin Allah, ﴾ وَجَعَلۡنَٰهَا وَٱبۡنَهَآ ءَايَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ 91 ﴿ "dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam," di mana beliau mengandung (tanpa suami) dan melahirkan-nya tanpa bantuan penanganan dari orang lain. Lalu si jabang bayi berbicara ketika masih di gendongan, dan Allah merehabilitasi namanya dari tuduhan orang-orang yang menuduhnya dengan tuduhan yang tidak baik. Lalu Allah memberitahukan tentang diri-nya dalam kondisi itu. Selanjutnya, Allah mempraktikkan (melalui-nya) berbagai macam keajaiban dan mukjizat yang sudah diketahui bersama. Maka, Maryam dan putranya menjadi tanda kebesaran Allah bagi sekalian alam. Generasi-generasi bergantian membicara-kannya dan orang-orang pun memetik pelajaran darinya.
(92) Saat Allah mengisahkan tentang para nabi k, Dia mengajak komunikasi kepada manusia, ﴾ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ ﴿ "Se-sungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu," para rasul yang telah disebutkan itu, mereka juga bangsa kalian dan tokoh-tokoh panutan kalian yang kalian ikut berjalan di belakang mereka dan menelusuri petunjuk mereka. Mereka semua berpegang teguh pada agama yang satu dan jalan yang satu, juga mempunyai satu Rabb. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ ﴿ "Dan Aku adalah Rabbmu."Aku-lah yang menciptakan kalian dan merawat kalian dengan nikmatKu yang berkaitan dengan agama ataupun kehidupan duniawi. Jika Rabb (kalian) satu, dan nabi (kalian) satu, agama (kalian) satu, yaitu penyembahan kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya dalam seluruh ragam ibadah, maka tugas dan kewajiban yang mesti kalian tunaikan adalah me-laksanakan tugas itu (beribadah kepada Allah semata). Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ فَٱعۡبُدُونِ 92 ﴿ "Maka sembahlah Aku." Allah menempatkan urutan perintah beribadah kepadaNya berdasarkan keterangan sebelumnya dengan huruf fa`, yaitu mengurutkan se-buah sebab masalah berdasarkan faktor penyebabnya.
(93) Idealnya, bersatu padu pada perkara ini, dan tidak berpecah-belah di dalamnya. Akan tetapi, "(dorongan) bertindak zhalim dan melampaui batas" menolak persatuan, dan hanya mene-rima keadaan terpecah-belah dan terpisah-pisah. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡۖ ﴿ "Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka," maksudnya golongan-golongan yang mengaku mengikuti para pengikut nabi terpecah-belah dan bercerai-berai. Setiap pihak mengklaim berada di atas kebenaran, sementara kebatilan bersama dengan pihak lainnya. Setiap golongan bangga dengan apa yang mereka miliki. Padahal sudah dimaklumi bersama, pihak yang benar dari kalangan mereka, yaitu yang meniti pada agama yang lurus dan jalan yang lempeng, dengan mengikuti para nabi. Kenyataan ini akan terlihat, bila tabir (kebenaran) sudah tersibak, kegelapan sudah pergi dan Allah mengumpulkan umat manusia untuk mengadili mereka. Saat itu-lah, orang yang benar akan jelas berbeda dari orang yang berdusta. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ كُلٌّ ﴿ "Masing-masing golongan itu," dari setiap kelompok yang bercerai-berai dan selain m e r e k a ﴾ إِلَيۡنَا رَٰجِعُونَ 93 ﴿ "akan kembali kepada Kami," maka Kami membalasi mereka dengan balasan yang sempurna.
(94) Sesudah itu, Allah membeberkan balasanNya bagi mereka, secara eksplisit maupun implisit. Allah berfirman,﴾ فَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ﴿ "Maka barangsiapa yang mengerjakan amal shalih," yaitu amalan-amalan yang telah disyariatkan oleh para rasul dan dianjur-kan oleh kitab-kitab Allah ﴾ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ ﴿ "sedang dia beriman," kepada Allah dan para RasulNya serta risalah yang mereka emban,﴾ فَلَا كُفۡرَانَ لِسَعۡيِهِۦ ﴿ "maka tidak ada pengingkaran terhadap amalan itu," maksud-nya Kami tidak akan menyia-nyiakan dan menggugurkan usaha-nya. Bahkan Kami akan melipatgandakannya berlipat-lipat.﴾ وَإِنَّا لَهُۥ كَٰتِبُونَ 94 ﴿ "Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu un-tuknya," maksudnya Kami menetapkannya di Lauh Mahfuzh dan di lembaran-lembaran amalan yang bersama para malaikat penjaga amalan. Maksudnya, (secara eksplisit) siapa saja yang tidak beramal shalih, atau mengamalkannya tanpa beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia terhalangi (dari pahala kebaikan), merugi dalam agama dan dunianya.