Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. [23] Al-Mu'minun : 52)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Allah melanjutkan firman-Nya kepada para rasul, “Dan sungguh, agama tauhid yaitu Islam, inilah agama kamu, agama yang satu; dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku dengan melaksanakan perintah-Ku dan menjauhi larangan-Ku.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menerangkan agama para rasul itu adalah agama yang satu yaitu agama tauhid yang menyembah Allah yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada seorang rasul pun yang menyimpang dari prinsip ini. Kalau dalam suatu agama terdapat sedikit saja penyimpang-an dari prinsip ini maka agama itu bukanlah agama yang dibawa oleh seorang rasul, berarti agama itu telah diubah-ubah oleh pengikutnya dan tidak orisinil lagi. Mustahil Allah Yang Maha Esa memilih dan mengangkat seorang rasul dengan membawa agama yang bertentangan dengan kebenaran dan kemurnian keesaan-Nya. Meskipun syariat dan peraturan-peraturan yang dibawa para nabi dan rasul berbeda-beda sesuai dengan masa dan tempat di mana mereka diutus, tetapi mengenai dasar tauhid tidak ada sedikit pun perbedaan antara mereka. Oleh sebab itu Allah menegaskan lagi dalam ayat ini bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam, hendaknya semua manusia menyembah dan bertakwa hanya kepada-Nya dan sekali-kali jangan menyekutukan-Nya dengan siapa pun dan sesuatu apapun. Rasulullah saw bersabda, "Kami para nabi adalah (ibarat) saudara-saudara seayah, agama kami adalah satu." (Riwayat al-Bukhari, Muslim dan Dawud)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu.
Yakni agama kalian ini —hai para nabi— adalah agama yang satu, yaitu agama yang menyeru untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.
Tafsir mengenai ayat ini telah disebutkan di dalam surat Al-Anbiya bahwa firman-Nya, "Ummatan wahidatan," di-nasab-kan karena menjadi hal atau kata keterangan keadaan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan) ketahuilah (bahwasanya ini) yakni agama Islam (adalah agama kalian) hai orang-orang yang diajak bicara, maksudnya kalian harus memeluknya (agama yang satu) lafal Ummatan Waahidatan ini menjadi Hal yang bersifat Lazimah atau tetap. Menurut suatu qiraat yang lain lafal Anna haadzihi dibaca Takhfif sehingga menjadi An Haadzihi, sedangkan menurut qiraat yang lainnya lagi dibaca Inna Haadzihi, dan dianggap sebagai jumlah Isti'naf atau kalimat baru, sehingga artinya menjadi, sesungguhnya agama Islam ini (dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertakwalah kalian kepada-Ku) artinya takutlah kalian kepada-Ku.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami katakan kepada rasul-rasul Kami untuk disampaikan kepada pengikut-pengikutnya, "Sesungguhnya agama yang kalian Aku utus untuk membawanya adalah satu, baik akidah, maupun pokok-pokok ajarannya. Kalian pun adalah satu umat sepanjang masa." Di antara pengikut-pengikut mereka itu ada yang mendapat petunjuk dan ada juga yang tersesat. Aku adalah Tuhan yang memerintahkan kalian untuk mengikuti agama itu. Maka takutlah siksa-Ku jika kalian mendurhakai-Ku.