Al-Mu'minun Ayat 56
نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِۗ بَلْ لَّا يَشْعُرُوْنَ ( المؤمنون: ٥٦ )
Nusāri`u Lahum Fī Al-Khayrāti Bal Lā Yash`urūna. (al-Muʾminūn 23:56)
Artinya:
Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya. (QS. [23] Al-Mu'minun : 56)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Di antara kaum yang durhaka itu ada yang diberi kehidupan mewah. Ini menjadikan mereka menduga bahwa Allah menyayangi mereka sehingga mereka tidak akan diazab. Allah menampik dugaan tersebut dengan pertanyaan bernada kecaman, “Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu berarti Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak! Kami tidak melakukan hal itu dengan maksud demikian, tetapi kami biarkan mereka hanyut dalam kesenangan semu supaya mereka makin banyak berbuat dosa, sedang mereka tidak menyadarinya."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu telah ditipu dan diperdayakan oleh harta dan anak-anak mereka padahal harta kekayaan dan anak-anak yang banyak itu bukanlah tanda bahwa Allah meridai mereka. Mereka membangga-banggakan harta dan kekayaan mereka terhadap kaum Muslimin yang di kala itu dalam keadaan serba kekurangan, seperti tersebut dalam firman Allah:
Dan mereka berkata, "Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab." (Saba/34: 35)
Sebenarnya Allah memberikan kelapangan rezeki kepada orang kafir hanya semata-mata untuk menjerumuskan mereka ke lembah kemaksiatan dan kedurhakaan karena sikap mereka yang sangat congkak dan sombong terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dengan harta dan anak-anak yang banyak itu mereka akan menjadi lupa daratan seakan-akan merekalah yang benar dan berkuasa. Apa saja yang mereka lakukan adalah hak mereka walaupun dengan perbuatan itu mereka menginjak-injak hak orang lain dan menganiaya kaum yang lemah. Tetapi pada suatu saat Allah pasti akan menyiksa mereka, karena menjadi sunnatullah bahwa kezaliman dan penganiayaan itu tidak akan kekal, bahkan akan hancur dan musnah. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir. (at-Taubah/9: 55)
Dan firman-Nya:
Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan. (Ali 'Imran/3: 178)
Qatadah, seorang mufassir telah memberikan ulasannya mengenai ayat ini sebagai berikut, "Allah telah memperdayakan orang-orang kafir itu dengan harta dan anak-anak mereka. Hai anak Adam, janganlah kamu menganggap seseorang terhormat karena harta kekayaan dan anak-anaknya, tetapi hormatilah dia karena iman dan amal saleh." Diriwayatkan dari Ibnu Mas`ud bahwa Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah telah membagi-bagi akhlak di antara kamu sebagai-mana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara kamu. Sesungguhnya Allah memberikan nikmat dunia kepada orang yang diridai-Nya dan kepada orang yang tidak diridai-Nya. Dan Dia tidak memberikan keteguhan beragama melainkan kepada yang Ia rida. Dan barangsiapa yang Allah berikan kepadanya keteguhan beragama, berarti Allah meridainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak Islam seorang hamba kecuali bila telah Islam pula batin dan lidahnya, tidak beriman dia kecuali tetangganya merasa aman terhadap kejahatannya. Para sahabat bertanya, "Apakah kejahatannya itu, ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Penipuan dan kezalimannya." (Riwayat Ahmad)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.
Yakni apakah orang-orang yang teperdaya itu mengira bahwa Kami memberikan kepada mereka harta benda dan anak-anak karena kemuliaan mereka menurut Kami dan karena kehormatan mereka di sisi Kami? Tidak, sebenarnya tidak seperti apa yang mereka dugakan dalam ucapannya itu.
Kami lebih banyak mempunyai harta dan Anak-anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. (Saba':35)
Mereka telah keliru dalam pengakuannya, dan kelak akan kecewalah mereka dengan harapannya itu, karena sesungguhnya Kami sengaja menuruti semua kemauan mereka sebagai istidraj, pengluluh,' dan penangguhan dari Kami terhadap mereka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda-'dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (At Taubah:55), hingga akhir ayat.
Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran:178)
Maka serahkanlah (hai Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kanu akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari azab yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. (Al Qalam:44-45), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al Muddastir:11)
Sampai dengan firman-Nya:
menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (Al Muddastir:16)
Dan firman Allah Swt.:
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikit pun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Saba':37)
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56) Bahwa tipu daya Allah terhadap suatu kaum terdapat pada harta dan anak-anak mereka. Hai manusia, karena itu janganlah kalian memandang manusia dari segi harta dan anak-anaknya, melainkan pandanglah dari segi iman dan amal salehnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Ishaq, dari As-Sabbah ibnu Muhammad, dari Murrah Al-Hamdani yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah membagi di antara kalian akhlak sebagaimana Dia membagi rezeki di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang disukai-Nya dan (juga) kepada orang yang tidak disukai-Nya. Akan tetapi, Dia tidak memberi agama melainkan hanya kepada orang yang disukai-Nya. Barang siapa yang diberi agama oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang hamba selamat (Islam) sebelum selamat kalbu dan lisannya, dan tidaklah seorang hamba aman (iman) sebelum aman tetangganya dari bawa'iq-nya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bawa'iq-nya?." Rasulullah Saw. menjawab: Perbuatan zalim dan perbuatan aniayanya. Tidaklah seorang hamba menghasilkan harta dari usaha haram, lalu ia membelanjakannya dan mendapat berkah darinya, dan tidaklah ia menyedekahkannya dan diterima sedekahnya, dan tidaklah ia meninggalkannya di belakang punggungnya (sesudah mati), melainkan harta itu menjadi bekalnya menuju ke neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan lagi, melainkan menghapus keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya hal yang kotor itu tidak dapat menghapuskan hal yang kotor lagi.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kami bersegera) menyegerakan (memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka) tidak, sesungguhnya tidak demikian (sebenarnya mereka tidak sadar) bahwasanya hal itu adalah pengluluh atau Istidraj buat mereka.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
berarti Kami meridai mereka, lalu melimpahkan mereka berbagai kenikmatan dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak? Mereka sungguh-sungguh bagaikan binatang yang tidak dapat merasa karena tidak menggunakan akal pikirannya. Kami sama sekali tidak meridai mereka. Nikmat-nikmat itu hanya merupakan istidrâj (penundaan hukuman) Kami untuk mereka.
6 Tafsir as-Saadi
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Me-ngetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Rabbmu, maka bertakwalah kepadaKu. Kemudian mereka (pengi-kut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga de-ngan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biar-kanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka. Tidak, sebenarnya mereka tidak merasa." (Al-Mu`minun: 51-56).
(51) Ini adalah perintah Allah تعالى yang ditujukan kepada para utusanNya, agar mereka mengkonsumsi sesuatu yang baik, yaitu rizki dan sesuatu yang baik lagi halal, (perintah untuk) ber-syukur kepada Allah dengan mengamalkan amalan shalih yang akan memperbaiki hati, tubuh, dan dunia, serta akhirat. Dia mem-beritahukan kepada mereka, bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Setiap amalan yang mereka perbuat dan usaha yang mereka tempuh, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya, dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas dasar amalan tersebut dengan balasan yang paling sempurna dan terbaik. Fakta ini menunjukkan bahwa para rasul, semuanya bersepakat mengenai halalnya barang-barang yang baik, yang berupa bermacam-macam makanan dan haramnya makanan-makanan yang keji. Mereka telah bersepakat mengenai amalan shalih, walaupun terjadi perbedaan pada beberapa jenis perintah dan aturan syariatnya.
Semua itu merupakan amalan shalih, akan tetapi, mengalami perbedaan sesuai dengan perbedaan masa. Karena itu, amalan-amalan shalih yang baik pada setiap masa, telah disepakati oleh para nabi dan seluruh ajaran syariat-syariat. Misalnya, perintah untuk mengesakan Allah dan memurnikan ibadah untukNya, men-cintaiNya, takut kepadaNya, berharap kepadaNya, beramal keba-jikan, jujur, menepati janji, menyambung tali silaturahim, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada orang-orang lemah, miskin dan anak-anak yatim, beriba dan berbuat baik kepada sesama makhluk dan amalan-amalan shalih lainnya. Karena itu, para ulama dan pakar kitab-kitab terdahulu serta para cendekiawan ketika Allah mengutus Muhammad, mereka membuktikan kebenaran kenabian beliau dengan beberapa jenis perkara yang diperintah-kan dan larangan yang ditetapkan. Sebagaimana yang terjadi pada Heraklius dan lainnya.
Bila beliau memerintahkan perkara yang diperintahkan juga oleh para nabi yang telah berlalu sebelumnya, dan melarang apa yang mereka larang pula, maka ini menandakan bahwa beliau ber-asal dari kalangan mereka (para nabi). Berbeda dengan pembohong (nabi palsu), maka dia mesti memerintahkan perkara yang buruk dan melarang kebaikan.
(52) Oleh karena itu, Allah تعالى berfirman kepada para rasul, ﴾ وَإِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ ﴿ "Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua," yaitu (agama) kelompok kalian, wahai para rasul, yaitu ﴾ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ ﴿ "agama yang satu," yang sepakat bulat dalam satu agama dan Rabb yang satu. ﴾ فَٱتَّقُونِ ﴿ "Maka bertakwalah kepadaKu," dengan melaksanakan perintah-perintahKu dan menjauhi larangan-la-ranganKu. Sungguh, Allah telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang ditujukan kepada para rasul. Karena mereka mengikuti jalan para rasul dan menapaki jalan di belakang mereka. Allah berfirman,
﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ 172 ﴿
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah." (Al-Baqarah: 172).
Maka kewajiban orang-orang yang mengikuti jejak para nabi dan (orang-orang baik) lainnya, agar menaati dan mengamalkan-nya.
(53) Akan tetapi, orang-orang zhalim lagi para pecundang enggan menyambut kecuali berbuat pelanggaran saja. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ فَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡ زُبُرٗاۖ ﴿ "Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi be-berapa pecahan," maksudnya terputuslah (ikatan) orang-orang yang mengaku pengikut para nabi. ﴾ أَمۡرَهُم ﴿ "Urusan mereka," yaitu urusan agama mereka ﴾ بَيۡنَهُمۡ زُبُرٗاۖ ﴿ "terpecah belah menjadi beberapa pecahan pada mereka," beberapa kelompok. ﴾ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَيۡهِمۡ ﴿ "Tiap-tiap golongan dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)," yaitu dengan ilmu dan agama yang mereka miliki, ﴾ فَرِحُونَ ﴿ "merasa bangga," mereka menyangka diri mereka berada di atas rel kebenaran, sementara orang lain tidak berada di garis yang lurus. Padahal orang yang berada di atas kebenaran dari mereka, ialah orang-orang yang berjalan mengikuti para rasul, dengan cara memakan makanan yang baik-baik dan beramal shalih. Selain mereka, berada dalam kubangan kebatilan.
(54) ﴾ فَذَرۡهُمۡ فِي غَمۡرَتِهِمۡ ﴿ "Maka biarkanlah mereka dalam kesesatan-nya," maksudnya di tengah kebodohan mereka terhadap kebenaran dan klaim (bohong) bahwa mereka berada di atas kebenaran. ﴾ حَتَّىٰ حِينٍ ﴿ "Sampai suatu waktu," yaitu sampai datang waktu siksa mener-jang mereka. Sesungguhnya nasihat sudah tidak bermanfaat lagi bagi mereka, begitu pun larangan. Bagaimana mungkin bermanfaat bagi orang yang mempunyai prasangka kalau dia berada di atas kebenaran dan berminat menyeru orang lain kepada keyakinannya.
(55-56) ﴾ أَيَحۡسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِۦ مِن مَّالٖ وَبَنِينَ 55 نُسَارِعُ لَهُمۡ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ ﴿ "Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka," maksudnya apakah mereka mengira bahwa tam-bahan yang Kami berikan kepada mereka berupa harta dan anak merupakan tanda jika mereka termasuk dari kalangan orang-orang yang baik dan (akan berhasil merengkuh) kebahagiaan, serta meraih kebaikan dunia dan akhirat. Apakah ini semua dicurahkan kepada mereka (karena itu)? Masalah ini tidak demikian adanya.
﴾ بَل لَّا يَشۡعُرُونَ ﴿ "Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." Kami meng-ulur waktu dan menunda kesempatan bagi mereka serta menam-bah untuk mereka dengan kenikmatan-kenikmatan, agar mereka semakin bergelimang dalam dosa, dan hukuman mereka pun semakin bertambah di akhirat. Tujuannya, supaya mereka terlena dengan apa yang mereka raih, sampai pada suatu masa ketika me-reka menikmati kegembiraan dengan apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Allah menghukum mereka dengan seketika.
Ketika mengisahkan orang-orang yang menggabungkan antara perbuatan jelek dan perasaan aman (dari siksaanNya) dan orang-orang yang menyangka bahwa pemberian Allah yang tercurah pada mereka di dunia sebagai bukti atas kebaikan dan keutamaan mereka, maka Allah menceritakan orang-orang yang memadukan antara perbuatan baik dan kecemasan (dari siksaNya). Allah ber-firman,