An-Nur Ayat 64
اَلَآ اِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قَدْ يَعْلَمُ مَآ اَنْتُمْ عَلَيْهِۗ وَيَوْمَ يُرْجَعُوْنَ اِلَيْهِ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْاۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ ( النور: ٦٤ )
'Alā 'Inna Lillāhi Mā Fī As-Samāwāti Wa Al-'Arđi Qad Ya`lamu Mā 'Antum `Alayhi Wa Yawma Yurja`ūna 'Ilayhi Fayunabbi'uhum Bimā `Amilū Wa Allāhu Bikulli Shay'in `Alīmun (an-Nūr 24:64)
Artinya:
Ketahuilah, sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Dia mengetahui keadaan kamu sekarang. Dan (mengetahui pula) hari (ketika mereka) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. [24] An-Nur : 64)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi serta segala isinya. Sungguh, Dia mengetahui keadaan kamu sekarang, baik kamu beriman maupun kamu ingkar. Dan Dia mengetahui pula keadaan manusia di hari ketika mereka dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan selama di dunia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu di alam semesta. []
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ada di antara orang-orang munafik yang merasa tidak senang mendengarkan khutbah. Apalagi dilihatnya ada seorang muslim meminta izin keluar dan diberi izin oleh Rasulullah, dia pun ikut saja keluar bersama orang yang telah mendapat izin itu dengan berlindung kepadanya. Maka turunlah ayat ini.
Kemudian sebagai penghormatan kepada Rasulullah, seorang muslim dilarang oleh Allah memanggil Rasulullah dengan menyebut namanya saja seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab antara sesama mereka. Maka tidak boleh seorang muslim memanggilnya "hai Muhammad " atau "hai ayah si Qasim." Dan sebagai adab dan sopan santun kepada Rasulullah hendaklah beliau dipanggil sesuai dengan jabatan yang dikaruniakan Allah kepadanya yaitu Rasul Allah atau Nabi Allah. Kemudian Allah mengancam orang-orang yang keluar dari suatu pertemuan bersama Nabi dengan cara sembunyi-sembunyi karena takut akan dilihat orang. Perbuatan semacam ini walaupun tidak diketahui oleh Nabi, tetapi Allah mengetahuinya dan mengetahui sebab-sebab yang mendorong mereka meninggalkan pertemuan itu.
Allah memberi peringatan kepada orang-orang semacam itu yang suka melanggar perintah, bahwa mereka akan mendapat musibah atau siksa yang pedih. Meskipun di dunia mereka tidak ditimpa musibah apapun tetapi di akhirat mereka akan masuk neraka dan itulah seburuk-buruknya kesudahan.
(64) Allah menutup Surah an-Nur ini setelah menerangkan bahwa Dialah Pemberi cahaya bagi langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dan memberi petunjuk kepada hamba-Nya dengan perantaraan rasul-rasul-Nya, dan mengancam orang-orang yang melanggar perintah-Nya dengan menegaskan bahwa milik-Nyalah semua yang ada di langit dan di bumi itu dan Dia mengetahui keadaan semua hamba-Nya dan akan memperhitungkan semua amal perbuatan mereka serta membalasnya. Perbuatan jahat diberi balasan yang setimpal dengan kejahatan yang dikerjakan dan perbuatan baik dibalas dengan berlipat ganda, seperti tersebut dalam firman-Nya:
Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat Al-Qur'an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudh).(Yunus/10: 61)
Selanjutnya dalam sebuah hadis riwayat ath-thabari dijelaskan sebagai berikut:
Diriwayatkan dari `Uqbah bin Amir, "Aku melihat Rasulullah saw di waktu sedang membaca ayat terakhir dari Surah an- Nur ini, beliau meletakkan dua buah jari tangannya di bawah pelupuk matanya dan bersabda: Allah Maha Melihat segala sesuatu." (Riwayat ath-thabari dan lainnya)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang Memiliki langit dan bumi, dan Dia adalah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dia mengetahui apa yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya, secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kalian berada di dalamnya (sekarang). (An Nuur:64)
Huruf qad menunjukkan makna tahqiq, yakni pasti terjadi. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian dengan berlindung (kepada kawannya). (An Nuur:63)
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kalian. (Al Ahzab:18), hingga akhir ayat.
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kami. (Al Mujaadalah:1), hingga akhir ayat.
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al An'am:33)
Dan firman Allah Swt.:
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. (Al Baqarah:144), hingga akhir ayat.
Semua ayat tersebut di dalamnya terdapat huruf qad yang bermakna tahqiq. Semisal dengannya ialah ucapan seorang juru azan dalam iqamahnya,
"Sesungguhnya salat telah didirikan."
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kalian berada di dalamnya (sekarang). (An Nuur:64)
Yakni Dia mengetahui dan menyaksikannya, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya walaupun sebesar zarrah. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Asy Syu'ara:217)
sampai dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy Syu'ara:220)
Dan firman Allah Swt.:
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan kamu tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula)yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Yunus:61)
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? (Ar Ra'du:33)
Yakni Dia Maha Menyaksikan apa yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya, kebaikan dan keburukan mereka.
Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. (Huud:5)
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus-terang. (Ar Ra'du:10), hingga akhir ayat.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Hud:. 6)
Dan firman Allah Swt.:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur malainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al An'am:59)
Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis yang membicarakan hal ini sangat banyak.
Firman Allah Swt.:
Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya. (An Nuur:64)
Yakni di hari semua makhluk dikembalikan kepada Allah, yaitu hari kiamat.
lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. (An Nuur:64)
Artinya, Allah memberitahukan kepada mereka semua perbuatan mereka ketika di dunia, baik yang besar maupun yang kecil, baik yang berat maupun yang ringan. Sama seperti yang disebutkan oleh Allah Swt.dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Al Qiyaamah:13)
Dan firman Allah Swt.:
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al Kahfi:49)
Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu di terangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An Nuur:64)
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dan kami memohon kesempurnaan kepada-Nya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Ketahuilah, sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi) sebagai milik, makhluk dan hamba-Nya. (Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kalian) hai orang-orang Mukallaf (berada di dalamnya) apakah kalian beriman atau munafik. (Dan) Dia mengetahui pula (hari manusia dikembalikan kepada-Nya) di dalam ungkapan ini terdapat iltifat dari mukhatab ke ghaib. Maksudnya, bila hal itu akan terjadi (lalu diterangkan-Nya kepada mereka) pada hari itu (apa yang telah mereka kerjakan) yaitu perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah mereka perbuat (Dan Allah terhadap segala sesuatu) terhadap semua perbuatan kalian dan selainnya (Maha Mengetahui.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ketahuilah wahai manusia, bahwa hanya Allahlah pemilik kerajaan langit dan bumi beserta isinya. Dia mengetahui kekafiran, ketundukan, kemaksiatan dan ketaatan yang ada pada kalian. Maka janganlah kalian melanggar perintah-Nya. Semua manusia ketika kembali kepada Allah pada hari kiamat akan diberitahukan segala apa yang mereka lakukan di dunia. Dan Dia akan membalas itu semua. Sebab ilmu Allah meliputi itu semua.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya yang sebenar-benar orang Mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan apa-bila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam suatu urusan yang memerlukan pertemuan, niscaya mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sehingga meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena suatu keper-luan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki dari mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesung-guhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi dari kalian dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang di langit dan bumi. Sungguh Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepadaNya, lalu diterangkanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (An-Nur: 62-64).
(62) Ini adalah sebuah petunjuk dari Allah kepada para ham-baNya yang Mukmin, bahwa apabila mereka bersama Rasulullah dalam urusan yang memerlukan pertemuan, maksudnya termasuk bagian penting atau maslahat adalah hendaknya kalian bersatu-padu semuanya dalam masalah tersebut, semisal jihad, musyawa-rah dan urusan semisal yang menyertakan kaum Mukminin. Maka sesungguhnya aspek kemaslahatan yang ada mengharuskan ke-bersamaan mereka dan tidak boleh bercerai-berai. Seorang yang benar-benar beriman kepada Allah dan RasulNya, tidak pantas pergi untuk memenuhi keperluannya tanpa kembali ke keluarga-nya, atau melakukan sebagian keperluan yang membuatnya terpi-sah dari mereka kecuali setelah mendapatkan izin dari Rasulullah atau penggantinya. Allah menjadikan konsekuensi keimanannya dengan tidak pergi kecuali dengan izin dan memuji perbuatan dan sopan-santun mereka kepada Rasulullah dan para penguasa mereka.
Firman Allah, ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَـٔۡذِنُونَكَ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۚ ﴿ "Sesung-guhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya," akan tetapi, apakah beliau memberikan izin kepada mereka atau tidak? Allah menyebutkan bahwa pemberian izin atas mereka dengan dua syarat pertama, untuk keperluan dan kepentingan mereka. Adapun orang yang meminta izin tanpa alasan tersebut, maka tidak diizinkan. Yang kedua, beliau berkehendak untuk memberi-kan izin, lalu kemaslahatan menuntutnya memberikan izin tanpa menimbulkan bahaya bagi pemberi izin.
Allah berfirman, ﴾ فَإِذَا ٱسۡتَـٔۡذَنُوكَ لِبَعۡضِ شَأۡنِهِمۡ فَأۡذَن لِّمَن شِئۡتَ مِنۡهُمۡ ﴿ "Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki dari mereka." Bila dia punya udzur dan meminta izin, maka bila pembatalan kepergiannya me-ngandung maslahat menurut kematangan cara berpikirnya atau karena keberanian yang dia miliki dan semacamnya, maka beliau (berhak) tidak mengizinkannya. Kendatipun demikian, bila dia meminta izin lalu Rasulullah memberikan izin dengan memenuhi dua syarat tersebut (dia meminta izin dan Rasulullah mengizinkan), maka Allah memerintahkan kepada RasulNya untuk memohonkan ampun baginya, karena mungkin dia terlalu meremehkan dalam permintaan izin itu.
Karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمُ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan menyayangi mereka dengan membolehkan izin bagi mereka karena ada suatu udzur.
(63) ﴾ لَّا تَجۡعَلُواْ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ بَيۡنَكُمۡ كَدُعَآءِ بَعۡضِكُم بَعۡضٗاۚ ﴿ "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain)," [maksudnya jangan kalian jadikan panggilan Rasul kepada kalian atau panggilan kalian kepada Rasul sebagaimana panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain]. Apabila beliau memanggil kalian, maka sambutlah sebagai bentuk kewajiban. Bahkan bila kalian shalat pun, wajib bagi kalian untuk menyambutnya.
Tiada seorang pun yang mengatakan suatu perkataan yang menjadi kewajiban atas umat untuk menerima dan mengamalkan-nya kecuali perkataan Rasulullah, lantaran beliau terjaga dari kesa-lahan sementara kita diperintahkan untuk mengikuti beliau. Allah berfirman,
﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ ﴿
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu." (Al-Anfal: 24).
Demikian pula, janganlah kalian menjadikan panggilan kalian kepada Rasul sebagaimana panggilan sebagian kalian kepada sebagian lainnya. Jangan kalian berkata, "Wahai Muhammad" saat kalian memanggil beliau atau "wahai Muhammad bin Abdillah!" sebagaimana kalian berkata kepada sesama kalian. Akan tetapi, karena kemuliaan dan keutamaan, serta keistimewaan Rasulullah dari orang lain, hendaklah dipanggil dengan, "Wahai Rasulullah, wahai Nabi Allah."
﴾ قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذٗاۚ ﴿ "Sesungguhnya Allah telah me-ngetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi dari kalian dengan berlindung (kepada kawannya)," ketika Allah memuji kaum yang beriman kepada Allah dan RasulNya yang mana apabila mereka bersama Rasulullah dalam suatu urusan yang memerlukan perte-muan, maka mereka tidak pergi (kecuali) setelah mereka meminta izin kepada beliau. Allah mengancam orang-orang yang tidak mau melakukannya dan pergi tanpa izin, walaupun kalian tidak menge-tahui kepergiannya (yang dilakukan) dengan sembunyi-sembunyi. Inilah yang dimaksudkan oleh FirmanNya, ﴾ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذٗاۚ ﴿ "orang-orang yang berangsur-angsur pergi dari kalian dengan berlindung (kepada kawannya)," maksudnya berlindung diri ketika mereka menyelinap keluar dan pergi dengan sesuatu yang dapat menghalangi pan-dangan mata, maka Allah mengetahui mereka dan akan memberi-kan balasan kepada mereka dengan balasan yang setimpal.
Oleh karena itu, Allah mengancam mereka dengan Firman-Nya, ﴾ فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ ﴿ "Maka hendaklah orang-orang yang me-nyalahi perintahNya takut," yaitu mereka yang pergi untuk meme-nuhi sebagian keperluan mereka dengan berpaling dari Allah dan RasulNya, lalu bagaimana dengan orang-orang yang pergi tanpa ada urusan sama sekali? Ia meninggalkan urusan Allah tanpa ada kesibukan ﴾ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ ﴿ "mereka akan ditimpa cobaan," berupa kesyi-rikan dan kejahatan ﴾ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿ "atau ditimpa azab yang pedih."
(64) ﴾ أَلَآ إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang di langit dan bumi," sebagai kerajaan dan hamba-hamba(Nya), Dia mengendalikan mereka dengan ketetapan hukum takdir dan hukum syar'iNya. ﴾ قَدۡ يَعۡلَمُ مَآ أَنتُمۡ عَلَيۡهِ ﴿ "Sungguh Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang)," maksudnya ilmu Allah meliputi kondisi kalian, yang berbentuk kebaikan maupun kejelekan, dan mengetahui semua amal kalian. IlmuNya menghitungnya, penaNya (terus) mengalir berjalan bersama (berjalannya) amal hamba, para malaikat penjaga lagi penulis yang mulia mencatatnya (sebagai keburukan) atas kalian.
﴾ وَيَوۡمَ يُرۡجَعُونَ إِلَيۡهِ ﴿ "Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikem-balikan kepadaNya," yaitu pada Hari Kiamat ﴾ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُواْۗ ﴿ "lalu diterangkanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan." Dia mengabarkan kepada mereka seluruh amal perbuatan, yang kecil ataupun yang besar, sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, yang dipersaksikan oleh anggota tubuh mereka, sehingga mereka tidak bisa mengurangi dosanya dengan taubat dan tebusan. Tatkala Allah mengaitkan ilmuNya dengan amal perbuatan mereka, yaitu menyebut lafazh yang umum setelah perkara yang khusus, maka Allah berfirman, ﴾ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ ﴿ "Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu." 9