Skip to main content

اِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ اٰلِهَتِنَا لَوْلَآ اَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَاۗ وَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ حِيْنَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ اَضَلُّ سَبِيْلًا   ( الفرقان: ٤٢ )

in
إِن
sesungguhnya
kāda
كَادَ
hampir
layuḍillunā
لَيُضِلُّنَا
sungguh ia menyesatkan kita
ʿan
عَنْ
dari
ālihatinā
ءَالِهَتِنَا
tuhan/sesembahan kita
lawlā
لَوْلَآ
seandainya tidak
an
أَن
bahwa
ṣabarnā
صَبَرْنَا
kita bersabar
ʿalayhā
عَلَيْهَاۚ
atasnya/kepadanya
wasawfa
وَسَوْفَ
dan kelak
yaʿlamūna
يَعْلَمُونَ
mereka akan mengetahui
ḥīna
حِينَ
ketika
yarawna
يَرَوْنَ
mereka melihat
l-ʿadhāba
ٱلْعَذَابَ
azab
man
مَنْ
siapa
aḍallu
أَضَلُّ
lebih sesat
sabīlan
سَبِيلًا
jalan

'In Kāda Layuđillunā `An 'Ālihatinā Lawlā 'An Şabarnā `Alayhā Wa Sawfa Ya`lamūna Ĥīna Yarawna Al-`Adhāba Man 'Ađallu Sabīlāan. (al-Furq̈ān 25:42)

Artinya:

Sungguh, hampir saja dia menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan (menyembah)nya.” Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (QS. [25] Al-Furqan : 42)

1 Tafsir Ringkas Kemenag

Padahal mereka tahu bahwa Nabi Muhammad tidaklah pernah berdusta. Mereka merasa bahwa Nabi Muhammad telah melakukan upaya maksimal dalam berdakwah, sehingga di antara mereka saling berbisik, "Sungguh, hampir saja dia yakni Nabi Muhammad, menyesatkan, membelokkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan menyembah-nya”. Mereka tetap dengan sesembahannya  walaupun dengan dalih yang dibuat-buat, mengelabui orang lain, atau dengan jalan menakut nakuti. Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, baik di dunia maupun di akhirat siapa yang paling sesat jalannya, apakah Nabi Muhammad yang berada pada jalur kebenaran atau mereka sendiri. Pada waktu perang Badar, hal tersebut terbukti.