Ali 'Imran Ayat 63
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِالْمُفْسِدِيْنَ ࣖ ( آل عمران: ٦٣ )
Fa'in Tawallaw Fa'inna Allāha `Alīmun Bil-Mufsidīna. (ʾĀl ʿImrān 3:63)
Artinya:
Kemudian jika mereka berpaling, maka (ketahuilah) bahwa Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. [3] Ali 'Imran : 63)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kemudian jika mereka tetap berpaling meski sudah diberikan bukti-bukti kemahakuasaan, kemahaperkasaan, dan kemahaesaan Allah, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan, baik melalui perkataan, perbuatan maupun keyakinannya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Apabila mereka menolak agama tauhid berarti mereka termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Mereka dianggap berpaling karena menolak untuk mengikuti dan membenarkan kerasulan Muhammad, dan tidak mau menerima keyakinan tentang keesaan Tuhan yang dibawa oleh beliau dan tidak berani mengabulkan ajakan mubahalah.
Allah Maha Mengetahui mental orang-orang yang membuat kerusakan dan mempunyai niat jahat yang mereka simpan dalam hati mereka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan tak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika mereka berpaling.
Yaitu berpaling menerima kebenaran kisah ini dan tetap berpegang kepada selainnya.
...maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang berbuat kerusakan.
Maksudnya, barang siapa yang berpaling dari kebenaran menuju kepada kebatilan, maka dialah orang yang merusak, dan Allah Maha Mengetahui tentang dia, sesungguhnya kelak Allah akan membalas perbuatannya itu dengan balasan yang seburuk-buruknya. Dia Mahakuasa, tiada sesuatu pun yang luput dari-Nya, Mahasuci Allah dengan segala pujian-Nya dan kami berlindung kepada-Nya dari kejatuhan murka dan pembalasan-Nya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Jika mereka berpaling) tidak mau beriman (maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang berbuat kerusakan) mereka akan diberi-Nya balasan. Di sini kata-kata lahir ditempatkan pada kata-kata mudhmar.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Jika mereka menolak ajakanmu dan tetap tidak meninggalkan kesesatan mereka setelah kebenaran tampak jelas, berarti mereka adalah orang-orang perusak. Allah Maha Mengetahui ihwal mereka.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya permisalan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu jangan-lah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang mem-bantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakin-kan kamu), maka katakanlah (kepadanya), 'Marilah kita memang-gil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.' Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada tuhan (yang berhak di-sembah) melainkan Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika mereka berpa-ling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan." (Ali Imran: 59-63).[3]
(59-62) Ketika Allah memberitakan tentang kisah Maryam dan Nabi Isa, dan berita tersebut adalah suatu kebenaran, dan bah-wasanya beliau adalah seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah karunia atasnya, dan bahwa barangsiapa yang menduga bahwa ada suatu sifat ketuhanan padanya, maka sesungguhnya ia telah berdusta terhadap Allah تعالى, ia telah mendustai seluruh nabi-nabiNya dan mendustai Isa عليه السلام. Sesungguhnya syubhat yang terjangkit pada orang yang menjadikan beliau itu sebagai tuhan (yang disembah) adalah syubhat yang sangat batil. Sekiranya ada sedikit saja kebenaran dalam hal itu, maka pastilah Nabi Adam عليه السلام lebih berhak dikultuskan sebagai tuhan, karena beliau diciptakan tanpa ayah dan ibu. Tapi sekalipun demikian, seluruh manusia bersepakat bahwasanya beliau itu adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah تعالى, maka klaim ketuhanan Isa عليه السلام yang di-dasari oleh penciptaannya hanya dengan seorang ibu tanpa ayah merupakan klaim yang paling batil dari tuduhan-tuduhan yang ada. Inilah yang haq, yang tidak ada keraguan padanya yaitu bahwa Isa عليه السلام itu adalah sebagaimana yang beliau sendiri katakan tentang dirinya,
﴾ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ ﴿
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu'." (Al-Ma`idah: 117).
Datang kepada Nabi ﷺ delegasi kaum Nasrani daerah Najran[4] di mana mereka bersikeras (ngotot) dalam kebatilan mereka setelah Nabi ﷺ menegakkan atas mereka hujjah-hujjah dan keterangan yang jelas bahwasanya Isa عليه السلام itu adalah seorang hamba Allah dan RasulNya di mana mereka meyakini ketuhanannya. Sikap keras kepala mereka telah sampai pada titik di mana Allah memerintah-kan kepada beliau agar menantang mereka untuk bermubahalah karena sesungguhnya kebenaran itu telah jelas bagi mereka, akan tetapi kedurhakaan dan fanatisme telah menghalangi mereka dari menerima kebenaran tersebut. Maka Rasulullah ﷺ menantang me-reka untuk bermubahalah di mana mereka menghadirkan keluarga dan anak-anak mereka dan beliau pun menghadirkan keluarga dan anak-anak beliau kemudian mereka semua berdoa kepada Allah تعالى agar menurunkan siksa dan laknatNya atas orang-orang yang berdusta. Kemudian mereka mengadakan musyawarah dahulu apakah mereka menerima tantangan itu, dan akhirnya keputusan mereka sepakat untuk tidak akan meladeni tantangan tersebut karena mereka yakin bahwa beliau itu adalah benar-benar Nabi Allah dan bahwa apabila mereka menerima tantangan itu, pastilah mereka beserta keluarga dan anak-anak mereka akan celaka, maka akhirnya mereka meminta perjanjian damai dengan beliau dengan memberikan kepada beliau bayaran jizyah, lalu Rasulullah ﷺ me-nerima keputusan mereka tersebut dan tidak mengusir mereka, karena maksud yang diinginkan telah terpenuhi yaitu jelasnya kebenaran. Tampak jelaslah kedurhakaan mereka di mana mereka bersikeras untuk tidak menerima tantangan tersebut, dan hal itu menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.
Oleh karena itulah Allah berfirman, ﴾ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡقَصَصُ ٱلۡحَقُّۚ ﴿ "Se-sungguhnya ini adalah kisah yang benar," yaitu kisah yang tidak ada keraguan padanya. ﴾ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "Dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa," yakni, yang dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya menguasai seluruh makhluk yang tunduk patuh kepadaNya dari penghuni langit dan bumi. Dan bersama itu, Dia ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Mahabijaksana" Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menempatkannya pada posisinya yang tepat.