Luqman Ayat 28
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ اِلَّا كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ ( لقمان: ٢٨ )
Mā Khalqukum Wa Lā Ba`thukum 'Illā Kanafsin Wāĥidatin 'Inna Allāha Samī`un Başīrun. (Luq̈mān 31:28)
Artinya:
Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja (mudah). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. [31] Luqman : 28)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Jika kehendak dan kuasa-Nya bersifat mutlak, maka menciptakan dan membangkitkan kamu setelah kematanmu bagi Allah hanyalah seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja; itu sama sekali bukan hal sulit bagi-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat (Lihat pula: Yàsìn/36: 82).
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa menjadikan segala sesuatu merupakan hal yang mudah bagi Allah. Apakah menjadikan sesuatu yang besar, kecil, ruwet, atau menjadikan sesuatu dalam jumlah yang sedikit, semuanya sama saja bagi Allah. Begitu pula membangkitkan manusia dari dalam kuburnya di hari Kiamat adalah mudah bagi Allah. Membangkitkan seluruh manusia bagi Allah tidak ubahnya seperti membangkitkan seorang saja. Tidak ada sesuatu pun yang sukar bagi-Nya. Jika Allah berkehendak terjadinya sesuatu, cukuplah Dia mengucapkan, "Kun" (jadilah), maka jadilah yang dikehendaki-Nya itu. Allah berfirman:
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Yasin/36: 82)
Dan firman Allah:
Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata. (al-Qamar/54: 50)
Pada akhir ayat ini, Allah menyatakan bahwa Dia mendengar segala perkataan hamba-Nya dan Maha Melihat segala perbuatan mereka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman:28)
Pekerjaan menciptakan semua manusia dan membangkitkan mereka kekal di hari berbangkit bila dikaitkan dengan kekuasaan-Nya tiada lain bagaikan menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja, semuanya sangat mudah dan gampang bagi-Nya.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yaa Siin:82)
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al Qamar:50)
Tidak sekali-kali Allah memerintah untuk terjadinya sesuatu melainkan hanya sekali perintah, maka sesuatu yang diperintah-Nya itu terjadi, tanpa perlu mengulang dan mengukuhkan perintah-Nya.
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14)
Adapun firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Luqman:28)
Sebagaimana Dia Maha Mendengar semua ucapan mereka, juga Maha Mengetahui semua perbuatan mereka, semuanya itu bagi Allah sama saja dengan mendengar dan melihat satu jiwa. Begitu pula Kekuasaan Allah atas mereka, sama halnya dengan kekuasaan Allah atas satu jiwa, yakni mudah sekali hal itu bagi-Nya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman:28), hingga akhir ayat.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian dari dalam kubur itu melainkan hanya seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja) artinya sebagaimana menciptakan dan membangkitkan satu jiwa, karena kesemuanya itu akan ada hanya dengan kalimat kun fayakuun. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) mendengar semua apa yang dapat didengar (lagi Maha Melihat) mengetahui semua apa yang dapat dilihat, dan tiada sesuatu pun yang menyibukkan-Nya dari yang lain.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Awal penciptaan kalian dan juga pembangkitan kalian setelah kematian di depan kekuasaan Allah tidak lebih hanyalah bagaikan penciptaan atau pembangkitan satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar perkataan orang-orang musyrik yang memungkiri kebangkitan. Dia juga Maha Melihat perbuatan-perbuatan mereka, lalu Dia memberikan balasan atasnya.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab, 'Allah.' Katakanlah, 'Segala puji bagi Allah,' tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan ke-padanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan ha-nyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Luq-man: 25-27).
(25) Maksudnya, ﴾ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم ﴿ "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka," yaitu kamu bertanya kepada kaum musy-rikin yang mendustakan kebenaran, ﴾ مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ ﴿ "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi," tentu mereka mengetahui bahwa berhala-berhala mereka sama sekali tidak menciptakan hal itu, dan tentu mereka segera mengatakan, ﴾ ٱللَّهُۚ ﴿ "Allah" semata yang menciptakan keduanya. Maka ﴾ قُلۡ ﴿ "katakanlah" kepada mereka dengan nada mematahkan hujjah atas mereka dengan argumen yang mereka akui atas apa yang mereka ingkari, ﴾ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ ﴿ "Segala puji bagi Allah," yang telah menjelaskan nur (cahaya) dan menam-pakkan dalil terhadap kalian dari kalian sendiri. Maka kalau mereka mengetahui, tentu mereka memastikan bahwa yang Esa (dengan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini), Dia-lah yang diesa-kan dengan ibadah dan tauhid. Akan tetapi ﴾ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ﴿ "keba-nyakan mereka tidak mengetahui," maka dari itu mereka memperseku-tukanNya dengan yang lain, dan mereka rela dengan kontradiksi keyakinan yang mereka anut dengan kebimbangan dan keraguan, bukan dengan dasar ilmu pengetahuan yang mendalam.
(26) Kemudian Allah menyebutkan di dalam dua ayat be-rikut ini satu contoh dari kemahaluasan sifat-sifatNya, untuk me-nyeru hamba-hambaNya agar mengenalNya, mencintaiNya dan memurnikan kepatuhan hanya kepadaNya. Di sini Dia menying-gung universalitas kerajaanNya, dan bahwa semua yang ada di langit dan bumi (yang semua ini meliputi seluruh alam atas dan alam bawah) adalah milikNya, Dia berbuat terhadap mereka ber-dasarkan hukum-hukum (aturan-aturan) kerajaanNya yang bersifat taqdiri (ketetapan) dan hukum-hukumNya yang bersifat perintah serta hukum-hukumnya yang bersifat balasan. Jadi semua mereka adalah hamba dan budak yang dikendalikan dan ditundukkan, mereka sama sekali tidak memiliki kepemilikan (kerajaan) apa pun, dan bahwa Dia Mahaluas kekayaanNya, maka Dia sama sekali tidak membutuhkan kepada apa-apa yang dibutuhkan seseorang dari makhlukNya,
﴾ مَآ أُرِيدُ مِنۡهُم مِّن رِّزۡقٖ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطۡعِمُونِ 57 ﴿
"Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (Adz-Dzariyat: 57).
Dan sesungguhnya amal perbuatan para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang yang shalih, sama sekali tidak mendatangkan kemanfaatan bagi Allah. Sesungguhnya ia hanya berguna bagi para pelakunya, sedangkan Allah Mahakaya dari me-reka dan dari amal perbuatan mereka. Dan di antara kekayaanNya adalah, Allah menjadikan mereka kaya dan berkecukupan di dunia dan akhirat mereka.
Kemudian Allah memberitakan tentang betapa luasnya keter-pujianNya, dan bahwa keterpujianNya merupakan keharusan DzatNya. Maka tidaklah Dia melainkan Maha Terpuji dari segala sisi, Dia Maha Terpuji pada DzatNya dan Maha Terpuji dalam sifat-sifatNya. Setiap sifat dari sifat-sifatNya berhak mendapatkan pujian yang tersempurna dan paling paripurna, sebab ia merupa-kan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan; dan seluruh yang di-lakukanNya dan apa yang diciptakanNya pasti terpuji; dan semua yang diperintahkan dan yang dilarangNya, pasti terpuji; dan seluruh yang Dia putuskan terhadap hamba-hambaNya dan (keputusan) di antara hamba-hambaNya di dunia dan akhirat pasti terpuji.
(27) Kemudian Allah سبحانه وتعالى memberitakan tentang keluasan kalamNya dan keagungan FirmanNya dengan uraian yang me-nyentuh hati sedalam-dalamnya, akal pikiran menjadi tercengang kepadanya, jiwa menjadi terperangah padanya, dan orang-orang yang berakal dan berpengetahuan mendalam berpetualang dalam mengenalNya; seraya berfirman, ﴾ وَلَوۡ أَنَّمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن شَجَرَةٍ أَقۡلَٰمٞ ﴿ "Dan se-andainya pohon-pohon di bumi menjadi pena"untuk menulisnya ﴾ وَٱلۡبَحۡرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦ سَبۡعَةُ أَبۡحُرٖ ﴿ "dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah (kering)nya," sebagai tinta untuk tambahannya, niscaya pena-pena itu akan remuk dan tinta itu akan habis, sedang-kan ﴾ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِۚ ﴿ "kalimat Allah" tidak akan ada habis-habisnya.
Ini bukan ungkapan berlebihan yang tidak mempunyai ke-nyataan, akan tetapi ketika Allah سبحانه وتعالى mengetahui bahwasanya akal manusia tidak akan mampu mengetahui sebagian sifat-sifatNya dan Dia mengetahui bahwa mengenalNya bagi hamba-hambaNya adalah merupakan nikmat yang paling utama yang dikaruniakan-Nya kepada mereka, dan merupakan tingkat yang paling mulia yang mereka raih, sementara pengetahuannya itu tidak mencakup keseluruhannya, akan tetapi apa yang tidak bisa dicapai keselu-ruhannya maka tidak patut ditinggalkan semuanya, maka Allah سبحانه وتعالى mengingatkan mereka dengan sebagiannya sebagai suatu peringat-an yang mana hati mereka dapat menjadi terang dan dada mereka menjadi lapang, dan mereka berdalil (berargumen) dengan apa yang telah mereka capai kepada apa yang belum mereka capai dan mengatakan seperti apa yang telah dikatakan oleh orang yang paling utama dan lebih mengetahui Rabbnya dari mereka,
لَا نُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.
"Kami tidak akan mampu menghitung pujian untukMu, Engkau sebagaimana yang Engkau pujikan pada diriMu."[50]
Dan bila tidak demikian, maka sesungguhnya permasalahan-nya lebih besar dan lebih agung dari itu.
Perumpamaan tersebut termasuk dalam kategori upaya untuk mendekatkan makna yang tidak bisa dijangkau oleh pemahaman dan pemikiran. Dan bila tidak demikian, maka pohon-pohon itu sendiri, sekalipun berlipat-lipat ganda melebihi apa yang disebut-kan, dan lautan, sekalipun ditambah beberapa kali lipat lagi maka tetap bisa saja ia habis dan kering, sebab ia (pepohonan dan lautan itu) adalah makhluk. Sedangkan kalamullah سبحانه وتعالى tidak mungkin bisa habis, bahkan dalil syar'i dan aqli menunjukkan kepada kita bahwa ia tidak akan pernah habis dan tidak pernah ada ujungnya. Jadi, se-gala sesuatu itu akan habis (sirna) kecuali Allah dan sifat-sifatNya,
﴾ وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ 42 ﴿
"Dan bahwasanya kepada Rabbmulah kesudahan (segala sesuatu)." (An-Najm: 42).
Dan apabila akal pikiran membayangkan hakikat ke-awal-an dan ke-akhir-an Allah سبحانه وتعالى, dan bahwa segala apa yang dipastikan oleh akal pikiran berupa masa-masa silam, sekalipun anggapan dan perkiraan itu bermata rantai (berkesinambungan), maka Allah سبحانه وتعالى sudah ada sebelum itu semua, tanpa batas. Dan sesungguhnya, bagaimana pun akal memastikan dan menghitung masa-masa yang akan datang, dan perhitungan serta perkiraan itu bermata rantai dan ia dibantu oleh siapa pun untuk menghitungnya dengan hati dan lisannya, maka Allah سبحانه وتعالى ada sesudah itu semua, tanpa batas dan tanpa ujung. Allah سبحانه وتعالى dalam setiap dan sepanjang waktu memu-tuskan, berbicara, berfirman dan berbuat sebagaimana yang telah Dia kehendaki. Dan apabila Dia telah berkehendak, maka tidak ada apa pun yang bisa menghalangi Firman-firman dan perbuatan-perbuatanNya. Apabila akal sudah bisa membayangkan hal itu, niscaya ia mengetahui bahwa perumpamaan yang disampaikan oleh Allah bagi kalamNya adalah agar hamba-hambaNya menge-tahui sebagian darinya. Apabila tidak demikian, maka sebenarnya permasalahan ini jauh lebih agung dan lebih besar lagi.
Kemudian Dia menjelaskan kebesaran, keperkasaanNya dan kesempurnaan hikmahNya, seraya berfirman, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ﴿ "Se-sungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana," maksudnya, hanya milikNya-lah keperkasaan seluruhnya, yang mana tidak ada ke-kuatan di alam atas dan bawah melainkan berasal dariNya; Dia-lah yang memberikannya kepada manusia. Maka tidak ada daya dan tidak pula ada kekuatan melainkan dengan (pertolongan)Nya; dan dengan keperkasaanNya, Dia mengendalikan makhluk ini semua-nya, Dia berbuat dan mengatur mereka, dan dengan hikmahNya, Dia menciptakan makhluk ini semuanya, dan Dia memulainya dengan hikmah dan menjadikan tujuan dan maksudnya adalah hikmah. Demikian pula perintah dan larangan diadakan dengan hikmah, serta tujuan dan maksudnya pun adalah hikmah. Maka Dia-lah Yang Mahabijaksana di dalam ciptaan dan perintahNya.
(28) Kemudian Dia menjelaskan keagungan dan kesempur-naan kekuasaanNya, dan bahwa ia tidak bisa dibayangkan oleh akal pikiran, seraya berfirman, ﴾ مَّا خَلۡقُكُمۡ وَلَا بَعۡثُكُمۡ إِلَّا كَنَفۡسٖ وَٰحِدَةٍۚ ﴿ "Ti-daklah Allah menciptakan dan membangkitkanmu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja," ini adalah sesuatu yang membingungkan akal, di mana bahwa penciptaan seluruh manusia yang begitu banyak dan pembang-kitan kembali mereka sesudah mati setelah mereka tercerai berai hanya dalam sekejap saja, sebagaimana Dia menciptakan satu jiwa. Maka tidak ada jalan untuk memungkiri kebangkitan, kehidupan kembali dan pembalasan terhadap amal perbuatan, kecuali karena kebodohan akan keagungan Allah dan kehebatan kekuasaanNya. Kemudian Dia menjelaskan keumuman (keuniversalan) pende-ngaranNya terhadap segala sesuatu yang bisa didengar, dan peng-lihatannya terhadap segala sesuatu yang bisa dilihat, seraya ber-firman, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."