Fatir Ayat 35
ۨالَّذِيْٓ اَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهٖۚ لَا يَمَسُّنَا فِيْهَا نَصَبٌ وَّلَا يَمَسُّنَا فِيْهَا لُغُوْبٌ ( فاطر: ٣٥ )
Al-Ladhī 'Aĥallanā Dāra Al-Muqāmati Min Fađlihi Lā Yamassunā Fīhā Naşabun Wa Lā Yamassunā Fīhā Lughūbun. (Fāṭir 35:35)
Artinya:
yang dengan karunia-Nya menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga); di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu.” (QS. [35] Fatir : 35)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dialah Allah yang dengan karunia-Nya menempatkan kami dalam tempat yang kekal di surga; di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu.” Keadaan ini sangat berbeda dengan kondisi mereka saat di dunia.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Orang yang telah memperoleh nikmat dari Allah itu menyadari bahwa semua pemberian tersebut adalah semata-mata karena kasih sayang-Nya. Tidaklah seimbang besarnya pemberian Allah itu dengan perbuatan baik yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, masuknya orang-orang mukmin ke dalam surga sama sekali bukanlah karena kebaikan yang mereka kerjakan, tetapi karena rahmat dan karunia Allah bagi orang yang mematuhi perintah-Nya.
Rasulullah saw bersabda:
Tiada masuk surga seorang di antara kamu karena perbuatannya. Mereka (para sahabat) bertanya, "Apakah engkau juga tidak begitu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku juga tidak, melainkan karena Allah memberi rahmat dan karunia kepadaku." (Riwayat Muslim dari Jabir bin 'Abdullah)
Di surga itu mereka tidak menemui kesulitan atau rintangan lagi sebagaimana yang mereka rasakan dalam kehidupan di dunia ini. Mereka juga tidak merasa lelah dan letih. Semuanya terasa nikmat dan menggembirakan.
Ringkasnya surga itulah tempat nikmat yang kekal dan abadi, di mana penghuninya dapat menikmati kesenangan itu sebagai ganjaran kepatuhan dan ketaatan mereka di dunia ini. Allah berfirman:
(Kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (al-haqqah/69: 24)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya. (Faathir':35)
Mereka mengatakan bahwa Dialah yang telah menempatkan kami kedudukan dan tempat tinggal di surga ini sebagai karunia dan rahmat dari-Nya, sekalipun amal-amal kami tidak sebanding dengan karunia ini. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Tidaklah amal perbuatan seseorang dari kalian dapat memasukkannya ke dalam surga.” Mereka bertanya, "Dan tidak juga Engkau, Wahai Rasulullah ?” Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak juga diriku terkecuali bila Allah Swt. mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku."
Firman Allah Swt.:
di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tidak pula merasa lesu. (Faathir':35)
Yakni di dalam surga kami tidak mengalami lagi kelelahan, kelesuan, dan kepayahan, seakan-akan makna yang dimaksud menunjukkan bahwa hal tersebut ditiadakan dari mereka, tiada kelelahan pada tubuh mereka, tiada pula pada arwah mereka, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Yang antara lain ialah dahulu mereka terbiasa mengerjakan ibadah ketika di dunia secara rutin, dan setelah mereka masuk surga kewajiban itu digugurkan dari mereka, kemudian mereka berada di dalam kesenangan yang abadi dan terus-menerus. Allah Swt. berfirman kepada mereka (ahli surga):
Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqah: 24)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal) sebagai tempat tinggal kami (dari karunia-Nya; di dalamnya kami tidak merasa lelah) yakni tiada merasa payah (dan tiada pula merasa lesu") karena kecapekan, sebab di dalam surga tidak ada lagi yang namanya taklif. Disebutkannya lafal yang kedua padahal maknanya sama dengan yang pertama, dimaksud untuk lebih menegaskan kenafiannya atau ketiadaannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dengan karunia-Nya, Dialah yang menempatkan kami di tempat yang penuh nikmat dan keabadian. Kini kami tidak mengalami keletihan lagi, juga tidak merasakan kelesuan."
6 Tafsir as-Saadi
"Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu al-Kitab, itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hambaNya. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. Surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. Dan mereka ber-kata, 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha Pengam-pun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal dari karuniaNya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu'." (Fathir: 31-35).
(31) Allah سبحانه وتعالى mengingatkan bahwa sesungguhnya al-Kitab yang telah diwahyukanNya kepada RasulNya ﴾ هُوَ ٱلۡحَقُّ ﴿ "itulah yang benar," karena banyaknya kebenaran (al-haq) yang terkandung di dalamnya, sehingga seakan-akan kebenaran hanya terbatas pada yang ada di dalamnya saja. Maka hendaknya jangan sampai ada rasa keberatan di dalam hati kalian terhadapnya dan jangan pula kalian merasa bosan kepadanya atau meremehkannya.
Kalau al-Kitab ini adalah yang haq (benar), maka sudah pasti setiap apa yang dijelaskannya, seperti permasalahan-permasalahan ketuhanan dan hal-hal yang ghaib serta lain-lainnya sesuai dengan apa yang terjadi dalam realita. Maka tidak boleh diartikan dengan makna yang bertentangan dengan makna lahirnya dan dengan makna yang dikandungnya.
﴾ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِۗ ﴿ "Dengan membenarkan apa-apa yang sebelum-nya," yaitu berupa kitab-kitab dan para rasul, sebab kitab-kitab dan para rasul itu telah menginformasikannya. Maka setelah al-Kitab (al-Qur`an) ini ada dan muncul dan dengannya terbukti kebenaran adanya kitab-kitab terdahulu itu, di mana kitab-kitab tersebut telah mengabarkan tentangnya dan menginformasikannya, dan al-Kitab ini pun membenarkannya, maka dari itu, tidak mungkin seseorang beriman kepada kitab-kitab terdahulu sementara ia kafir kepada al-Qur`an! Sama sekali tidak mungkin! Sebab kekafirannya kepada al-Qur`an berarti merusak imannya kepada kitab-kitab sebelum al-Qur`an tersebut. Sebab, di antara sejumlah khabar (informasi) kitab-kitab tersebut adalah informasi tentang al-Qur`an, dan juga karena khabar-khabarnya sesuai dengan khabar-khabar al-Qur`an.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ بِعِبَادِهِۦ لَخَبِيرُۢ بَصِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hambaNya," maka dari itu Dia memberikan kepada setiap umat dan setiap orang apa yang sesuai (layak) dengan keadaannya, termasuk di antaranya adalah bahwa syariat-syariat yang telah lalu tidak sesuai kecuali pada masa dan waktunya saat itu. Maka dari itu Allah سبحانه وتعالى terus mengutus para RasulNya secara silih berganti hingga akhirnya Allah menutupnya dengan Nabi Muhammad a. Maka dari itu beliau datang dengan membawa syariat yang selalu sesuai dengan kemaslahatan manu-sia hingga Hari Kiamat kelak dan memberikan jaminan dengan apa yang lebih baik pada setiap saat. Maka dari itu, setelah umat ini menjadi umat yang paling sempurna (matang) akal pikirannya, paling lembut hatinya, dan paling bersih jiwanya, maka Allah memilih mereka dan memilih Agama Islam sebagai agama mereka dan mewariskan al-Kitab yang mewakili seluruh kitab-kitab suci sebelumnya.
(32) Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ ﴿ "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami." Mereka yang terpilih ter-sebut adalah umat ini.
﴾ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ ﴿ "Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri," dengan perbuatan-perbuatan maksiat selain kekafiran, ﴾ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞ ﴿ "dan di antara mereka ada yang pertengahan," hanya melakukan hal-hal yang diwajibkan kepadanya dan mening-galkan yang diharamkan, ﴾ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ ﴿ "dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan." Maksudnya, segera me-lakukannya dan bersungguh-sungguh hingga mengalahkan orang yang lain. Dia adalah orang yang selalu menunaikan apa-apa yang fardhu dan banyak mengerjakan amalan-amalan sunnah, mening-galkan yang haram dan yang makruh. Mereka semua dipilih oleh Allah سبحانه وتعالى untuk mewarisi kitab al-Qur`an ini, sekalipun tingkatan-tingkatan mereka berbeda-beda dan kondisi mereka tidak sama, namun masing-masing dari mereka mempunyai bagian dari wari-sannya hingga orang yang zhalim terhadap dirinya sendiri sekali-pun, sebab sesungguhnya dasar iman, ilmu-ilmu iman, dan amal-amal iman yang mereka miliki merupakan bagian dari warisan al-Kitab (al-Qur`an), karena yang dimaksud warisan al-Kitab ada-lah warisan ilmu, amal, dan mempelajari lafazh-lafazhnya, serta mengambil makna-maknanya.
Sedang Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ﴿ "Dengan izin Allah." Kalimat ini merujuk kepada "yang lebih dahulu berbuat kebaikan" agar ia tidak tertipu dengan amal kebajikannya. Sebab, ia tidak akan ber-gegas melakukan kebaikan-kebaikan kecuali karena taufik dari Allah سبحانه وتعالى dan pertolonganNya. Maka semestinya dia aktif bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى atas karunia yang telah dikaruniakan kepadanya.
﴾ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ ﴿ "Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." Maksudnya, warisan al-Kitab yang sangat mulia bagi orang yang dipilih oleh Allah سبحانه وتعالى di antara hamba-hambaNya itulah karunia yang sangat besar, yang semua nikmat bila dibandingkan dengannya sama sekali tidak ada artinya. Jadi, nikmat yang paling besar secara keseluruhan dan karunia yang paling agung adalah warisan kitab suci al-Qur`an ini.
(33) Kemudian Allah menjelaskan balasan untuk orang-orang yang diwarisi KitabNya tersebut dengan, ﴾ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ يَدۡخُلُونَهَا ﴿ "Surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya." Yakni, surga-surga yang penuh dengan pohon-pohon, naungan dan pohon-pohon yang rindang, kebun-kebun yang baik, sungai-sungai yang mengalir, istana-istana yang menjulang tinggi, tempat-tempat tinggal yang terukir indah selama-lamanya, tidak akan pernah sirna dan kehi-dupan yang tidak akan pernah akan berkesudahan.
"Al-Adn" artinya: Tinggal (menetap). Maka Jannatu Adn itu adalah surga tempat tinggal. Di-idhafahkan kepada iqamah (diam, tinggal) karena tinggal dan kekekalan di dalamnya menjadi sifat dan ciri para penghuninya.
﴾ يُحَلَّوۡنَ فِيهَا مِنۡ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٖ ﴿ "Di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas." Perhiasan di sini adalah perhiasan yang dikenakan di lengan tangan dengan sesuka mereka dan mereka pandang lebih indah daripada yang lainnya. Laki-laki dan perempuan sama-sama mengenakan perhiasan di surga. ﴾ وَ﴿ "Dan" mereka dihiasi di dalamnya ﴾ وَلُؤۡلُؤٗاۖ ﴿ "dengan mutiara" yang teruntai indah pada pakaian dan tubuh mereka, ﴾ وَلِبَاسُهُمۡ فِيهَا حَرِيرٞ ﴿ "dan pa-kaian mereka di dalamnya adalah sutera," berupa sutra tipis dan sutra tebal berwarna hijau.
(34) ﴾ وَ﴿ "Dan" setelah sempurna nikmat untuk mereka dan lengkap kelezatan yang mereka rasakan, ﴾ قَالُوٓاْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَذۡهَبَ عَنَّا ٱلۡحَزَنَۖ ﴿ "mereka berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami'." Ini mencakup segala bentuk rasa duka. Maka mereka sama sekali tidak merasakan rasa sedih (duka) yang disebabkan kekurangan pada keindahan mereka atau pada makanan dan mi-numan mereka, tidak pula pada kelezatan, pada tubuh atau pada keabadian mereka tinggal. Jadi, mereka selalu berada di dalam kenikmatan yang mereka rasakan selalu bertambah. Ia selalu ber-tambah terus selama-lamanya.
﴾ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٞ ﴿ "Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha Pe-ngampun" yang mana Dia mengampuni kekhilafan-kekhilafan kami, ﴾ شَكُورٌ ﴿ "lagi Maha Mensyukuri," di mana Dia menerima amal-amal kebajikan kami dan melipatgandakannya, dan Dia berikan kepada kami bagian dari karunia yang sebenarnya tidak bisa dijangkau oleh amal-amal maupun oleh angan-angan kami. Maka, karena ampunanNya-lah mereka selamat dari segala yang tidak diinginkan dan yang dikhawatirkan, dan dengan syukur dan karuniaNya mereka memperoleh segala apa saja yang disuka dan diinginkan.
(35) ﴾ ٱلَّذِيٓ أَحَلَّنَا ﴿ "Yang menempatkan kami," yakni, Dia menem-patkan kami untuk keabadian dan selama-lamanya, bukan untuk sekedar melintasi atau singgah, ﴾ دَارَ ٱلۡمُقَامَةِ ﴿ "dalam tempat yang kekal," yakni, negeri yang didiami adalah untuk selama-lamanya, dan negeri yang memang diidam-idamkan untuk tinggal di dalamnya, karena kebaikannya yang sangat banyak, hal-hal yang menyenang-kan silih berganti dan tidak adanya hal-hal yang tidak menyenang-kan di dalamnya. Penempatan itu semuanya adalah karena karunia dan kemurahanNya kepada kami, bukan karena amal-amal kami. Kalau saja bukan karena karuniaNya, tentu kami tidak pernah mencapai kepada apa yang telah kami capai ini.
﴾ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٞ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٞ ﴿ "Di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu," artinya, tidak ada rasa letih di badan, di hati dan kekuatan sekalipun karena banyaknya bersenang-senang.
Ini membuktikan bahwasanya Allah سبحانه وتعالى menjadikan tubuh mereka dalam pertumbuhan yang sempurna, menyediakan segala fasilitas ketenangan bagi mereka untuk selama-lamanya sehingga mereka menjadi seperti itu, yang mana mereka tidak pernah merasa lesu, letih, sedih, ataupun duka.
Dan juga menunjukkan bahwasanya mereka di surga tidak tidur, karena fungsi tidur adalah menghilangkan rasa lesu dan merasa istirahat karenanya. Sedangkan para penghuni surga keba-likan dari semua itu. Dan juga, karena tidur adalah bentuk mati kecil, sedangkan para penghuni surga tidak akan mengalami mati. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karunia dan kemurahanNya.