Az-Zukhruf Ayat 14
وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ ( الزخرف: ١٤ )
Wa 'Innā 'Ilaá Rabbinā Lamunqalibūna. (az-Zukhruf 43:14)
Artinya:
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (QS. [43] Az-Zukhruf : 14)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan sesungguhnya sesudah kehidupan di dunia ini, kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami, untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan kami.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila manusia berada di atas punggung binatang, perahu, kapal, kereta api, pesawat terbang dan lain-lain hendaklah mengingat nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, hendaklah mengagungkan Allah dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak yang dituduhkan orang-orang musyrik kepada-Nya, dan hendaklah mereka membaca ayat ini sebagai doa:
Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (az-Zukhruf/43: 13-14)
Andaikata Allah tidak menundukkan alam semesta dengan ilmu yang dianugerahkan-Nya tentu manusia tidak dapat melakukannya, karena yang demikian itu di luar kemampuan mereka.
Bacaan doa itu mengingatkan manusia supaya selalu bersiap-siap menghadapi hari pembalasan saat seluruh manusia akan menghadapi dan mengalaminya dan jangan lalai mengingat Allah, baik di waktu bepergian atau tidak, di waktu berlayar atau tinggal di kampung halaman.
Sehubungan dengan tafsir di atas, diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa'i bahwa Rasulullah saw, apabila bepergian dan berkendaraan mengucapkan tiga kali dan membaca doa tersebut di atas.
Apabila Nabi saw mengendarai kendaraannya untuk melakukan suatu perjalanan, maka beliau bertakbir tiga kali. Kemudian beliau membaca, "Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami."(Riwayat Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa'i)
Ayat di atas mengajarkan agar manusia mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan berupa binatang dan memperlakukannya dengan baik. Kesetaraan di antara makhluk, terutama antara binatang dan manusia, sangat ditekankan Tuhan. Salah satu ayat di bawah ini menjelaskan bahwa binatang juga umat Tuhan, sama dengan manusia. Walau mereka mempunyai ciri, kekhususan dan sistem yang berbeda-beda, pada hakikatnya, mereka sama dengan manusia di mata Tuhan. Dan manusia diwajibkan untuk mengingatnya.
Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan." (al-An'am/6: 38)
Beberapa ayat Al-Qur'an menyinggung mengenai binatang, antara lain tentang bagaimana manusia harus bersikap terhadap binatang, kegunaan binatang untuk manusia, perilaku binatang yang harus ditiru manusia, dan banyak lagi lainnya. Dalam hubungan kesetaraan antar makhluk ini, ada tulisan seorang arif, Muhammad Fazlur Rahman Ansari, berbunyi demikian, "Segala yang di muka bumi ini diciptakan untuk kita, maka sudah menjadi kewajiban alamiah kita untuk: menjaga segala sesuatu dari kerusakan; memanfaatkannya dengan tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan Tuhan; melestarikannya sebisa mungkin, yang dengan demikian, mensyukuri nikmat Tuhan dalam bentuk perbuatan nyata."
Menyangkut hewan atau satwa peliharaan, Al-Qur'an dalam Surah an-Nahl/16: 5 menyebutkan beberapa manfaat binatang untuk manusia:
Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. (an-Nahl/16: 5)
Dalam hubungannya dengan ayat dari Surah an-Nahl di atas, kita harus memperhatikan bahwa, misalnya, kulit dan bulu binatang ternak boleh dimanfaatkan. Namun Nabi Muhammad saw melanjutkannya dengan satu hal yang sangat bijaksana. Beliau melarang penggunaan kulit binatang liar walaupun sekedar untuk alas lantai. Jika aturan atau himbauan yang dikemukakan Nabi ini ditaati oleh semua orang, maka pembunuhan sia-sia terhadap beberapa jenis binatang liar demi meraih keuntungan semata niscaya tidak terjadi. Demikian pula, kendati umat Islam diperbolehkan mengkonsumsi daging beberapa binatang tertentu, tapi perlu diingat bahwa hal ini tidak menghalalkan pembantaian secara kejam dan tak terkendali terhadap mereka.
Salah satu manfaat binatang adalah sebagai tunggangan. Kita harus ingat bahwa orang-orang Arab di masa lalu sepenuhnya bergantung pada unta untuk membantu membawa barang dalam perjalanan. Tuhan menyatakan hal tersebut dalam ayat di bawah:
Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui. (an-Nahl/16: 7-8)
Pada hakikatnya Islam mengajarkan pada umatnya untuk menyayangi binatang dan melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-Qur'an, Allah menekankan bahwa Dia telah menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang mencakup segala sesuatu di dunia ini.
Dan Dia telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (al-Jatsiyah/45: 13).
Dalam ayat ini, Al-Qur'an sama sekali tidak menunjukan bahwa manusia memiliki kekuasaan mutlak untuk berbuat sekehendak hatinya segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Mereka juga tidak pula memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga merusak keseimbangan ekologisnya.
" .... semua itu dari Dia ...." Penggalan ayat di sini seharusnya disadari dan dimengerti sebagai pengingat-ingat dari Tuhan, bahwa manusia tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Jadi bagaimana seharusnya kita memperlakukan barang orang lain harus selalu diingat di dalam benak "...orang-orang yang berpikir...."
Islam pada dasarnya tidak mendukung manusia untuk menyalahgunakan binatang untuk tujuan olahraga maupun untuk menjadikan binatang sebagai objek eksperimen yang sembarangan. Ayat ini mengingatkan umat manusia bahwa Sang Pencipta telah menjadikan semua yang ada di alam ini (termasuk satwa) sebagai amanah yang harus mereka jaga.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 14)
Yaitu akan dikembalikan kepada-Nya sesudah kita mati dan hanya kepada-Nyalah perjalanan kita yang terbesar; bahwa ungkapan ini termasuk ke dalam Bab "Mengingatkan Perjalanan Akhirat dengan Perjalanan Dunia", sebagaimana diserupakan bekal akhirat dengan bekal di dunia di dalam firman Allah Swt.:
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa. (Al-Baqarah: 197)
Dan pakaian akhirat dengan pakaian di dunia di dalam firman-Nya:
dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (Al-A'raf: 26)
More:
Hadis-hadis yang menerangkan tentang doa di saat hendak menaiki kendaraan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami") kami akan dikembalikan kepada-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami semua benar-benar akan kembali kepada Sang Pencipta kami setelah kehidupan ini berakhir, agar masing-masing kami diperhitungkan dengan perbuatan yang telah dilakukannya."
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,' niscaya mereka akan men-jawab, 'Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.' Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk. Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Rabbmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, 'Mahasuci Dia yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami'." (Az-Zukhruf: 9-14).
(9) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang orang-orang musyrik, bahwa jika engkau bertanya kepada mereka, ﴾ سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ﴿ "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka akan menjawab," hanya Allah سبحانه وتعالى semata, yang tidak ada sekutu bagiNya, ﴾ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "Yang Mahaperkasa," yang semua makhluk tunduk kepada keperkasaanNya, ﴾ ٱلۡعَلِيمُ ﴿ "Lagi Maha Mengetahui" semua masalah-masalah zahir dan batin, permulaan dan akhirnya. Bila mereka mengakui hal itu, lantas mengapa mereka menganggap Allah سبحانه وتعالى memiliki anak, pendamping dan sekutu? Dan bagaimana mereka menyekutukanNya dengan sesuatu yang tidak bisa men-ciptakan, memberi rizki, mematikan, dan menghidupkan?
(10) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى juga menyebutkan berbagai dalil yang menunjukkan kesempurnaan nikmat dan kekuasaanNya dengan apa-apa yang diciptakan untuk hamba-hambaNya, seperti bumi yang dihamparkan dan dijadikan sebagai tempat menetap untuk para hamba yang memungkinkan mereka melakukan apa pun yang diinginkan. ﴾ وَجَعَلَ لَكُمۡ فِيهَا سُبُلٗا ﴿ "Dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu," yaitu, Allah سبحانه وتعالى membuatkan jalan-jalan di antara gunung-gunung, dari jalan itu kalian menembus berbagai wilayah di baliknya, ﴾ لَّعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ﴿ "supaya kamu mendapat petun-juk" kala menempuh perjalanan, agar kalian tidak tersesat dan supaya kalian juga mendapat petunjuk dengan mengambil i'tibar (pelajaran) serta mengingat Allah karenanya.
(11) ﴾ وَٱلَّذِي نَزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٖ ﴿ "Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan)," tidak lebih dan tidak kurang dan juga sesuatu ukuran yang diperlukan. Tidak kurang sekiranya tidak terdapat manfaat padanya dan tidak lebih sekiranya mem-bahayakan para hamba dan negeri, tapi dengan air itu Allah سبحانه وتعالى menolong para hamba dan menyelamatkan negeri dari kesempitan. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَأَنشَرۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةٗ مَّيۡتٗاۚ ﴿ "Lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati," yakni, Kami menghidupkannya setelah kematiannya. ﴾ كَذَٰلِكَ تُخۡرَجُونَ ﴿ "Seperti itulah kamu akan dike-luarkan (dari dalam kubur)," yakni, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى menghidup-kan bumi mati dengan air, seperti itu juga Allah سبحانه وتعالى menghidupkan kembali kalian setelah kalian berada di alam barzakh untuk mem-beri balasan berdasarkan amal perbuatan kalian.
(12) ﴾ وَٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡأَزۡوَٰجَ كُلَّهَا ﴿ "Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan," yaitu seluruh jenis yang tumbuh di bumi dan dari diri kalian serta segala sesuatu yang tidak kalian ketahui seperti waktu malam dan siang, hangat dan dingin, lelaki dan perempuan dan lain sebagainya, ﴾ وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلۡفُلۡكِ ﴿ "dan menjadikan untukmu kapal," yaitu kapal laut dan kendaraan yang kalian tumpangi, ﴾ وَ﴿ "dan," dari ﴾ ٱلۡأَنۡعَٰمِ مَا تَرۡكَبُونَ ﴿ "binatang ternak yang kamu tunggangi."
(13) ﴾ لِتَسۡتَوُۥاْ عَلَىٰ ظُهُورِهِۦ ﴿ "Supaya kamu duduk di atas punggungnya," ini mencakup punggung kapal dan binatang. Artinya, agar kalian tegak di atasnya. ﴾ ثُمَّ تَذۡكُرُواْ نِعۡمَةَ رَبِّكُمۡ إِذَا ٱسۡتَوَيۡتُمۡ عَلَيۡهِ ﴿ "Kemudian kamu ingat nikmat Rabbmu apabila kamu telah duduk di atasnya," dengan menga-kui nikmat Dzat yang menundukkannya dan memujiNya atas hal itu. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَتَقُولُواْ سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقۡرِنِينَ ﴿ "Dan supaya kamu mengucapkan, 'Mahasuci Dia yang telah me-nundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya'." Maksudnya, andaikan Allah سبحانه وتعالى tidak menundukkan kapal dan binatang bagi kami, pasti kami tidak kuasa dan mampu atasnya. Tapi karena kelembutan dan kemuliaanNya, Allah سبحانه وتعالى menundukkan dan memudahkan sebab-sebabnya.
Maksud dari semua ini adalah penjelasan bahwa Rabb yang disifati sebagai yang memberi nikmat kepada para hamba itulah Yang berhak disembah, shalat, dan sujud kepadaNya.[87]