Allah Swt. memerintahkan kepada manusia agar beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dengan iman yang sempurna, terus-menerus, lagi teguh dan kokoh. Dan Allah menganjurkan kepada kalian untuk membelanjakan hartamu yang telah dijadikan oleh Allah kepadamu sebagai pengganti-Nya dalam mengelolanya. Yakni harta itu yang ada pada kalian merupakan pinjaman dari Allah, karena sesungguhnya pada asal mulanya berada di tangan orang-orang sebelum kalian, lalu beralih ke tangan kalian. Maka Allah Swt. memberi petunjuk kepada kalian agar menggunakan harta yang dititipkan kepadamu untuk dibelanjakan pada jalan ketaatan kepada-Nya. Jika mereka mau mengerjakan hal ini, maka manfaatnya bagi mereka; dan jika tidak, maka perhitungan mereka berada pada-Nya dan Dia kelak akan menghukum mereka karena meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka pada hartanya.
Firman Allah Swt.:
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. (Al-Hadid: 7)
Di dalam ayat ini terkandung isyarat yang menunjukkan bahwa kelak harta itu pada akhirnya akan ditinggalkan juga olehmu. Dan beruntunglah jika ahli warismu menggunakannya untuk jalan ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, berarti ahli warismu lebih beruntung daripada kamu dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Tetapi bila ahli warismu menggunakan harta yang diwarisnya darimu untuk tujuan durhaka kepada Allah, berarti kamu telah membantunya untuk berbuat dosa dan kedurhakaan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Qatadah menceritakan dari Mutarrif ibnu Abdullah ibnusy Syikhkhir, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ketika ia sampai kepada Rasulullah Saw., ia dengar Rasulullah Saw. sedang bersabda: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu; anak Adam berkata, "Hartaku, hartaku!" Padahal tidak ada bagimu dari hartamu kecuali apa yang kamu makan, lalu lenyap; atau yang kamu pakai, lalu rusak; atau yang kamu sedekahkan, maka kamu teruskan.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syu'bah dengan sanad yang sama, dan dalam riwayatnya ditambahkan:
Dan adapun yang selain itu, maka lenyap dan ditinggalkannya untuk orang lain.
Firman Allah Swt.:
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (Al-Hadid: 7)
Ini mengandung anjuran untuk beriman dan membelanjakan harta untuk jalan ketaatan.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. (Al-Hadid: 8) '
Yakni faktor apakah yang menghalang-halangi kamu untuk beriman, padahal Rasul ada di antara kamu yang menyeru kamu ke arah itu, dan menjelaskan kepada kamu alasan-alasan dan bukti-bukti yang membenarkan apa yang dia sampaikan kepadamu.
Telah diriwayatkan pula kepada kami sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dalam permulaan Syarah Kitabul Iman dari kitab Sahih Bukhari, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. telah bersabda kepada para sahabatnya:
"Orang mukmin manakah yang imannya paling kalian kagumi?” Mereka menjawab, "Para malaikat.” Nabi Saw. bersabda, "Dan mengapa mereka tidak beriman, sedangkan mereka berada di sisi Tuhan mereka.” Mereka berkata, "Kalau begitu, para nabi.” Nabi Saw. menjawab, "Mengapa mereka tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka?” Mereka berkata, "Kalau begitu, kami.” Nabi Saw. bersabda, "Mengapa kamu tidak beriman, sedangkan aku berada di antara kalian? Tetapi orang mukmin yang paling menakjubkan keimanannya ialah suatu kaum yang datang sesudah kalian; mereka hanya menjumpai lembaran-lembaran (mushaf), lalu mereka beriman dengan semua yang terkandung di dalamnya.”
Kami telah menyebutkan sebagian dari masalah ini di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah, yaitu pada firman-Nya:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib. (Al-Baqarah: 3)