Al-Mumtahanah Ayat 9
اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ( الممتحنة: ٩ )
'Innamā Yanhākum Allāhu `An Al-Ladhīna Qātalūkum Fī Ad-Dīni Wa 'Akhrajūkum Min Diyārikum Wa Žāharū `Alaá 'Ikhrājikum 'An Tawallawhum Wa Man Yatawallahum Fa'ūlā'ika Hum Až-Žālimūna. (al-Mumtaḥanah 60:9)
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. [60] Al-Mumtahanah : 9)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu, orang-orang beriman, menjadikan mereka, orang-orang kafir yang tidak bersedia hidup berdampingan dengan kamu secara damai, yaitu mereka yang memerangi kamu karena agama, tidak ada kebebasan dan toleransi beragama; mengusir kamu dari tempat tinggal kamu, karena pembersihan ras, suku, dan agama, serta penguasaan teritorial, dan membantu pihak lain untuk mengusir kamu karena kerja sama yang sistemik dan terencana; sebagai sahabat dekat kamu lahir batin. Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, karena kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan; maka mereka itulah orang zalim terhadap perjuangan Islam dan kaum muslim.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah hanya melarang kaum Muslimin bertolong-tolongan dengan orang-orang yang menghambat atau menghalangi manusia beribadah di jalan Allah, dan memurtadkan kaum Muslimin sehingga ia berpindah kepada agama lain, yang memerangi, mengusir, dan membantu pengusir kaum Muslimin dari negeri mereka. Dengan orang yang semacam itu, Allah dengan tegas melarang kaum Muslimin untuk berteman dengan mereka.
Di akhir ayat ini, Allah mengingatkan kaum Muslimin yang menjadikan musuh-musuh mereka sebagai teman dan tolong-menolong dengan mereka, bahwa jika mereka melanggar larangan ini, maka mereka adalah orang-orang yang zalim.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. (Al-Mumtahanah: 9)
Yakni sesungguhnya Allah hanya melarang kamu berhubungan dengan mereka yang memusuhimu dan memerangimu serta mengusirmu dan orang-orang yang membantu mereka mengusirmu. Allah Swt. melarang kamu berteman dengan mereka dan memerintahkan kepada kamu untuk memusuhi mereka. Kemudian Allah Swt. menguatkan ancamannya bagi orang yang tetap mau berteman dengan mereka melalui firman-Nya:
Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Mumtahanah: 9)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka adalah pemimpin sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah: 51)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian terhadap orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian dari negeri kalian dan membantu) yakni menolong orang lain (untuk mengusir kalian untuk menjadikan mereka sebagai kawan kalian) lafal An Tawallauhum menjadi Badal Isytimal dari lafal Al Ladzina, yakni Dia melarang kalian untuk menjadikan mereka sebagai teman-teman setia kalian. (Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim).
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan penolong orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan memaksa kalian untuk keluar dari negeri kalian serta membantu orang lain untuk mengusir kalian. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai penolong, maka mereka itulah orang-orang yang menzalimi diri sendiri.
6 Tafsir as-Saadi
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengam-bil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan juga (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalanKu dan mencari keridhaanKu (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang-siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus. Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan mengumbar tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti(mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada Hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, 'Sesung-guhnya kami berlepas diri (anti) dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.' Kecuali perka-taan Ibrahim kepada bapaknya, 'Sungguh aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari (siksaan) Allah terhadapMu.' (Ibrahim berkata), 'Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Rabb kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Maha-bijaksana.' Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan ba-rangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. Mudah-mudahan Allah menimbul-kan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Mahakuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadi-kan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim." (Al-Mumtahanah: 1-9).
Madaniyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Banyak ahli tafsir n menyebutkan bahwa sebab turunnya ayat-ayat mulia dalam surat ini berkenaan dengan kisah Hatib bin Abu Balta'ah, ketika Nabi a tengah siap berperang dalam peristiwa penaklukan Makkah.[118] Hatib mengirim surat untuk kaum musyrikin Makkah memberitahukan keberangkatan Rasulullah a ke Makkah agar dengan surat itu Hatib mendapat bantuan (bagi keluarganya) di tengah mereka, dan bukan karena keraguan dan kemunafikan. Surat itu dikirim lewat seorang wanita. Nabi a diberitahukan (melalui wahyu) perihal Hatib kemudian mengirim utusan untuk menemui wanita itu sebelum sampai ke Makkah dan suratnya diambil. Nabi a pun mencela Hatib, ia pun menyampaikan alasan yang kemudian diterima oleh Nabi a.
Ayat-ayat ini berisi larangan keras untuk bersikap loyal ter-hadap orang-orang kafir dari kalangan musyrik dan lainnya serta memberikan rasa kasih sayang pada mereka. Karena hal itu mena-fikan keimanan dan berseberangan dengan Agama Nabi Ibrahim, kekasih Allah, bertentangan dengan akal yang mengharuskan benar-benar mewaspadai musuh yang sama sekali tidak menyisa-kan usaha sedikit pun dalam memusuhi serta selalu memanfaatkan kesempatan untuk mencelakai musuhnya.
(1) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Hai orang-orang yang beriman," maksudnya, lakukanlah tuntutan keimanan kalian de-ngan bersikap loyal terhadap orang yang menunaikan keimanan dan memusuhi orang yang memusuhinya, karena sesungguhnya ia adalah musuh Allah سبحانه وتعالى dan musuh orang-orang yang beriman, ﴾ لَا تَتَّخِذُواْ عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمۡ أَوۡلِيَآءَ تُلۡقُونَ إِلَيۡهِم بِٱلۡمَوَدَّةِ ﴿ "janganlah kamu mengambil mu-suhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang," maksudnya, bersegera dalam mencintai mereka dan melakukan sebab-sebabnya karena kecintaan itu jika tulus akan disertai oleh pertolongan dan sikap loyal, dengan demikian seorang hamba akan keluar dari keimanan dan termasuk dalam kalangan orang-orang kafir. Maksudnya, terpisah dari orang-orang yang beriman. Orang Mukmin yang menjadikan orang kafir sebagai penolong juga tidak memiliki harga diri, sebab bagaimana bisa menjadikan musuh se-bagai pemimpinnya yang hanya menghendaki keburukan baginya serta menentang Rabbnya dan para kekasihNya yang menghendaki kebaikan padanya dengan memerintahkan dan mendorong pada kebaikan.
Di antara faktor yang menyebabkan orang Mukmin memusuhi orang-orang kafir adalah karena orang-orang kafir mengingkari kebenaran yang dibawa oleh orang-orang Mukmin. Tidak ada pembangkangan yang lebih berat dari pengingkaran seperti ini. Karena mereka telah kufur dengan pangkal agama kalian, mereka mengira bahwa kalian berada dalam kesesatan, tidak berada di atas petunjuk, padahal sebenarnya merekalah yang kafir terhadap kebenaran yang tidak ada keraguannya. Siapa pun yang menolak kebenaran, maka mustahil baginya memiliki dalil atau hujjah atas kebenaran pandangannya. Bahkan hanya dengan mengetahui ke-benaran saja sudah bisa menunjukkan batilnya pandangan orang yang menolaknya.
Di antara puncak permusuhan mereka adalah ﴾ يُخۡرِجُونَ ٱلرَّسُولَ وَإِيَّاكُمۡ ﴿ "mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu," wahai orang-orang yang beriman dari kampung halaman kalian dan mengusir kalian dari negeri kalian, padahal kalian tidak bersalah selain hanya ka-rena kalian beriman ﴾ بِٱللَّهِ رَبِّكُمۡ ﴿ "kepada Allah, Rabbmu," Yang harus disembah oleh seluruh makhluk, karena Dia adalah Rabb mereka serta yang memberikan berbagai nikmat, baik yang lahir maupun yang batin. Dia-lah Allah سبحانه وتعالى. Ketika mereka berpaling dari hal ini yang merupakan kewajiban pertama dan utama sedangkan kalian menunaikannya, mereka pun memusuhi kalian dan mengusir ka-lian dari kampung halaman kalian karena keimanan. Lantas agama apa, harga diri yang mana serta akal mana yang masih tersisa bagi seorang hamba yang beriman yang menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, yang seperti itulah sifat mereka di setiap waktu dan tempat. Tidak ada yang menghalangi mereka dari permusuhan itu selain rasa takut atau adanya penghalang yang kuat. ﴾ إِن كُنتُمۡ خَرَجۡتُمۡ جِهَٰدٗا فِي سَبِيلِي وَٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِيۚ ﴿ "Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalanKu dan mencari keridhaanKu (janganlah kamu berbuat demikian)." Maksudnya, jika kalian pergi berniat untuk jihad di jalan Allah سبحانه وتعالى untuk menegakkan kalimat Allah سبحانه وتعالى serta mencari ridhaNya, maka ketahuilah tuntutan hal ini dengan bersikap loyal terhadap para kekasih Allah سبحانه وتعالى dan memusuhi para musuh Allah سبحانه وتعالى, karena inilah jihad di jalan Allah سبحانه وتعالى yang paling agung dan di antara salah satu amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah سبحانه وتعالى dan mencari keridhaanNya.
﴾ تُسِرُّونَ إِلَيۡهِم بِٱلۡمَوَدَّةِ وَأَنَا۠ أَعۡلَمُ بِمَآ أَخۡفَيۡتُمۡ وَمَآ أَعۡلَنتُمۡۚ ﴿ "Kamu memberitahukan se-cara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan." Maksudnya, mengapa kalian menyembunyikan rasa kasih sayang terhadap orang-orang kafir padahal kalian me-ngetahui bahwa Allah سبحانه وتعالى mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. Meskipun hal itu tidak diketahui oleh orang-orang yang beriman tapi tidak samar bagi Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى akan memberi balasan pada hamba-hambaNya berdasarkan amalan yang diperbuat, baik dan buruknya. ﴾ وَمَن يَفۡعَلۡهُ مِنكُمۡ ﴿ "Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya," yaitu loyal terhadap orang-orang kafir setelah diperingatkan Allah سبحانه وتعالى, ﴾ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ ﴿ "maka sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus," karena ia me-nempuh jalan yang berseberangan dengan syariat, akal, dan harga diri kemanusiaan.
(2) Kemudian Allah سبحانه وتعالى menjelaskan hebatnya permusuhan orang-orang kafir sebagai dorongan bagi orang-orang Mukmin agar memusuhi mereka. ﴾ إِن يَثۡقَفُوكُمۡ ﴿ "Jika mereka menangkap kamu," maksudnya, bertemu dengan kalian dan berkesempatan untuk mencelakai kalian, ﴾ يَكُونُواْ لَكُمۡ أَعۡدَآءٗ ﴿ "niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu" secara nyata, ﴾ وَيَبۡسُطُوٓاْ إِلَيۡكُمۡ أَيۡدِيَهُمۡ وَأَلۡسِنَتَهُم بِٱلسُّوٓءِ ﴿ "dan meng-umbar tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu)," de-ngan cara membunuh, memukul, dan lain sebagainya, serta dengan kata-kata yang menyakiti seperti celaan dan lainnya. ﴾ وَوَدُّواْ لَوۡ تَكۡفُرُونَ ﴿ "Dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir." Inilah puncak yang mereka inginkan darimu.
(3) Jika kalian beralasan bahwa kalian bersikap loyal terha-dap orang-orang kafir karena kekerabatan dan bisnis, maka ingat-lah bahwa harta dan anak-anak kalian sama sekali tidak berguna bagi kalian di hadapan Allah سبحانه وتعالى. ﴾ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ﴿ "Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." Karena itu Allah سبحانه وتعالى memperingat-kan kalian dengan keras agar tidak bersikap loyal terhadap orang-orang kafir, karena sikap seperti ini akan membahayakan kalian.
(4) ﴾ قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ ﴿"Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagimu," maksudnya, panutan yang baik dan figur yang berguna bagi kalian wahai sekalian orang-orang Mukmin, ﴾ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ ﴿ "pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia," dari kalang-an orang-orang yang beriman, karena kalian diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim عليه السلام yang lurus,﴾ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِهِمۡ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ﴿ "ketika mereka berkata kepada kaum mereka, 'Sesungguh-nya kami berlepas diri (anti) dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah'," maksudnya, pada saat Nabi Ibrahim عليه السلام dan orang-orang yang beriman bersama beliau berlepas diri dari kaum mereka yang musyrik dan berlepas diri dari apa pun yang mereka sembah selain Allah سبحانه وتعالى, kemudian mereka benar-benar menegaskan sikap permusuhan mereka terhadap orang-orang kafir seraya berkata, ﴾ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةُ وَٱلۡبَغۡضَآءُ ﴿ "Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian," maksudnya sikap benci di hati dan lenyapnya kasih sayang serta permusuhan dengan raga. Permusuhan dan kebencian tersebut tidak terbatas waktu, tapi berlaku ﴾ أَبَدًا ﴿ "buat selama-lamanya," selama kalian tetap berada dalam kekafiran, ﴾ حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَحۡدَهُۥٓ ﴿ "sampai kamu beriman kepada Allah saja." Maksudnya, jika kalian beriman pada Allah سبحانه وتعالى yang Esa, sikap permusuhan dan kebencian hilang dan berubah menjadi kasih sayang dan saling tolong-menolong. Kalian wahai orang-orang yang beriman, memiliki teladan baik pada diri Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman bersama beliau yang menu-naikan keimanan dan tauhid serta menunaikan konsekuensi-kon-sekuensi iman dan tauhid dan dalam segala hal yang dengannya mereka beribadah kepada Allah سبحانه وتعالى semata. ﴾ إِلَّا ﴿ "Kecuali," dalam satu hal, yaitu ﴾ قَوۡلَ إِبۡرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ ﴿ "perkataan Ibrahim kepada bapaknya," Azar, si musyrik lagi kafir dan penentang, ketika diajak untuk beriman dan bertauhid namun enggan, Ibrahim berkata padanya, ﴾ لَأَسۡتَغۡفِرَنَّ لَكَ ﴿ "Sungguh aku akan memohonkan ampunan bagi kamu," namun ﴾ وَمَآ أَمۡلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَيۡءٖۖ ﴿ "aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari (siksaan) Allah terhadapmu." Akan tetapi aku berdoa pada Rabbku agar dengan doaku aku tidak menjadi orang yang sengsara. Dan Anda semua wahai orang-orang yang beriman, jangan mengikuti Ibrahim dalam hal ini yang berdoa untuk orang musyrik. Kalian tidak boleh mendoakan orang-orang musyrik dengan berkata, "Kami mengikuti agama Nabi Ibrahim dalam mendoakan orang-orang musyrik, karena Allah سبحانه وتعالى menyebutkan udzur Ibrahim dalam FirmanNya,
﴾ وَمَا كَانَ ٱسۡتِغۡفَارُ إِبۡرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوۡعِدَةٖ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥٓ أَنَّهُۥ عَدُوّٞ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنۡهُۚ إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ لَأَوَّٰهٌ حَلِيمٞ 114 ﴿
"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapak-nya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguh-nya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (At-Taubah: 114).
Kalian juga memiliki teladan baik pada diri Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman bersamanya ketika mereka berdoa pada Allah سبحانه وتعالى, bertawakal dan kembali padaNya, mereka juga mengakui kelemahan dan kurang menunaikan kewajiban dengan sempurna, mereka berkata, ﴾ رَّبَّنَا عَلَيۡكَ تَوَكَّلۡنَا ﴿ "Hanya kepada Engkaulah kami bertawakal," maksudnya, kami bergantung padaMu untuk mendapatkan apa pun yang berguna bagi kami dan menjauhi apa pun yang membahayakan kami, kami percaya padaMu wahai Rabb dalam hal itu, ﴾ وَإِلَيۡكَ أَنَبۡنَا ﴿ "dan hanya kepada Engkau-lah kami ber-taubat," maksudnya, kami kembali pada ketaatan dan ridhaMu wahai Rabb Kami dan segala sesuatu yang bisa mendekatkan kami padaMu. Kami menunaikan semua hal itu. Kami berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menunaikan segala kebaikan. Kami mengetahui bahwa kepadaMu-lah kami kembali. Untuk itu kami mempersiapkan diri untuk mendatangiMu dan kami melakukan apa pun yang mendekatkan diri kami padaMu.
(5) ﴾ رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَةٗ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ﴿ "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir." Maksudnya, janganlah Engkau membuat mereka menguasai kami karena dosa-dosa kami sehingga mereka akan memfitnah kami dan mengha-langi kami dari keimanan sehingga mereka sendiri juga terfitnah, karena jika mereka melihat diri mereka mendapatkan kemenangan, mereka akan mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran dan kami berada di atas kebatilan sehingga mereka semakin kufur dan membangkang. ﴾ وَٱغۡفِرۡ لَنَا ﴿ "Dan ampunilah kami," dosa-dosa dan ke-salahan-kesalahan yang kami lakukan serta perintah-perintah yang tidak kami tunaikan secara sempurna. ﴾ رَبَّنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau, Engkau-lah Yang Mahaperkasa." Maha Memaksa segala sesuatu ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "lagi Mahabijaksana." Yang meletakkan segala sesuatu di tempatnya. Dengan keperkasaan dan kebijaksanaanMu, tolonglah kami dari musuh-musuh kami, ampunilah dosa-dosa kami dan perbaikilah kekurangan-kekurangan kami.
(6) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى mengulang kembali dorongan agar orang-orang yang beriman mengikuti teladan Nabi Ibrahim عليه السلام dan orang-orang yang bersama beliau seraya berfirman, ﴾ لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِيهِمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ ﴿ "Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu." Teladan ini tidak mudah bagi setiap orang namun akan terasa mudah bagi orang ﴾ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَۚ ﴿ "yang meng-harap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian." Karena sesungguhnya iman dan mengharapkan pahala bisa memudahkan semua yang sulit bagi hamba, memperkecil semua yang banyak dan mengharuskannya untuk meneladani hamba-hamba Allah سبحانه وتعالى yang shalih dan para nabi serta rasul. Karena ia menilai dirinya amat memerlukan hal itu. ﴾ وَمَن يَتَوَلَّ ﴿ "Dan barangsiapa yang berpaling" dari ketaatan terhadap Allah dan meneladani para rasulNya, itu hanya akan membahayakan dirinya sendiri, sama sekali tidak akan membahayakan Allah سبحانه وتعالى; ﴾ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ﴿ "sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahakaya," bagiNya kekayaan yang sempurna dan mutlak dari berbagai segi, tidak memerlukan satu pun dari makhlukNya sama sekali, ﴾ ٱلۡحَمِيدُ ﴿ "lagi Maha Terpuji," dalam DzatNya, nama-namaNya, sifat-sifatNya dan perbuatanNya. Sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى terpuji di atas semua itu.
(7) Kemudian Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa permusuhan yang diperintahkan oleh Allah سبحانه وتعالى kepada orang-orang yang ber-iman terhadap orang-orang musyrik serta diperintahkan agar dilakukan ini adalah selama mereka berada di dalam kesyirikan dan kekufuran. Jika mereka beriman, hukum pun berubah sesuai penyebabnya; maksudnya, rasa cinta dengan didasari keimanan kembali. Karena itu, janganlah kalian wahai orang-orang yang ber-iman berputus asa untuk menyeru mereka kembali pada keimanan, ﴾ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَجۡعَلَ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ عَادَيۡتُم مِّنۡهُم مَّوَدَّةٗۚ ﴿ "mudah-mudahan Allah menimbul-kan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka," yang disebabkan oleh kembalinya mereka pada ke-imanan. ﴾ وَٱللَّهُ قَدِيرٞۚ ﴿ "dan Allah Mahakuasa" atas segala sesuatu, yang di antaranya adalah memberikan petunjuk pada hati dan merubah-rubahnya dari satu kondisi ke kondisi lain. ﴾ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Tidak ada dosa yang karena besarnya membuatNya tidak memberi ampunan dan tidak ada aib yang karena beratnya membuatNya tidak menutupinya.
﴾ قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ 53 ﴿
"Katakanlah, 'Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terha-dap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (Az-Zumar: 53).
Dalam ayat ini terdapat kabar gembira islamnya sebagian orang-orang musyrik yang pada saat itu memusuhi orang-orang Mukmin. Hal itu terjadi. Segala puji dan karunia hanya bagi Allah سبحانه وتعالى semata.
(8) Ketika turun ayat-ayat mulia ini yang mendorong orang-orang Mukmin untuk memusuhi orang-orang kafir; terjadilah ber-bagai peperangan di antara orang Mukmin dan orang kafir dan orang-orang Mukmin melakukannya dengan sempurna. Mereka merasa berdosa karena telah menyambung kekerabatan dengan keluarganya yang musyrik, mereka mengira bahwa itu termasuk dalam larangan Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى kemudian memberitahukan bahwa hal itu tidak termasuk dalam larangan seraya berfirman,﴾ لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ﴿ "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." Maksudnya, Allah سبحانه وتعالى tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung tali kekerabatan, memberi balasan baik dan berbuat adil terhadap orang-orang musyrik dari kalangan ke-rabat dan yang lainnya jika mereka tidak memerangi kalian karena agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman dan negeri kalian. Kalian tidak berdosa jika menyambung tali kekera-batan dengan mereka, sebab menyambung tali kekerabatan dengan orang-orang musyrik dalam kondisi seperti ini tidak terlarang se-bagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى tentang orang tua kafir yang memiliki anak Muslim,
﴾ وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشۡرِكَ بِي مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٞ فَلَا تُطِعۡهُمَاۖ وَصَاحِبۡهُمَا فِي ٱلدُّنۡيَا مَعۡرُوفٗاۖ ﴿
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." (Luqman: 15).
(9) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّمَا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ قَٰتَلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ ﴿ "Sesungguh-nya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena Agama," maksudnya, demi agama kalian, memusuhi agama kalian dan orang yang menegakkannya, ﴾ وَأَخۡرَجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ وَظَٰهَرُواْ ﴿ "dan mengusir kamu dari negerimu dan mem-bantu," yakni membantu orang lain, ﴾ عَلَىٰٓ إِخۡرَاجِكُمۡ ﴿ "untuk mengusirmu." Allah سبحانه وتعالى melarang kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin kalian dengan memberikan bantuan dan sikap kasih sayang, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Adapun perbuatan baik kalian terhadap orang-orang kafir di luar koridor sikap loyalitas tidaklah terlarang, namun termasuk dalam keumuman perintah berbuat baik terhadap kerabat dan orang lain bahkan terhadap selain manusia. ﴾ وَمَن يَتَوَلَّهُمۡ ﴿ "Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan," dari kalangan kalian, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang zhalim." Kezhaliman itu berdasarkan sikap menja-dikan mereka sebagai kawan. Jika hal itu dilakukan secara penuh, maka perbuatan itu adalah suatu kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Dan di bawah tingkatan ini ada juga ting-katan yang besar dan yang lebih kecil dari itu.