Al-Fajr Ayat 20
وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ ( الفجر: ٢٠ )
Wa Tuĥibbūna Al-Māla Ĥubbāan Jammāan. (al-Fajr 89:20)
Artinya:
dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. (QS. [89] Al-Fajr : 20)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan tidak hanya itu, kamu juga mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. Kecintaan berlebih seseorang terhadap harta menjadikan motivasi hidupnya semata untuk mengumpulkan harta, tidak peduli halal atau haram. Di sisi lain, dia akan menjadi kikir dan tidak mau peduli kepada sesama. Perilaku ini akan menjerumuskannya ke neraka.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Orang yang durhaka itu terus mencari dan mengumpulkan kekayaan tanpa mengenal rasa lelah dan tidak peduli halal atau haram. Di samping itu, mereka sangat pelit, tidak mau mengeluarkan kewajiban berkenaan harta, yaitu membayar zakat dan membantu orang yang berkekurangan.
Allah tidak mungkin sayang kepada orang kaya raya yang memperoleh kekayaan itu dengan cara yang tidak benar. Juga kepada orang yang tidak mau membantu orang lain. Mereka jangan mengira bahwa mereka memperoleh kekayaan itu sebagai tanda bahwa Allah menyayangi mereka. Sebaliknya, Allah sesungguhnya membenci mereka. Tidak mustahil mereka akan dijatuhi azab seperti yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat terdahulu itu. Di akhirat nanti, Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka. Hakikat ini hendaknya disadari oleh kaum kafir Mekah yang masih juga membangkang. Hal itu hendaknya dijadikan pelajaran oleh seluruh umat manusia.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. berfirman, mengingkari sifat manusia yang apabila Allah meluaskan baginya dalam hal rezeki untuk mengujinya melalui rezeki itu, maka ia menganggap bahwa hal itu merupakan kemuliaan dari Allah Swt. untuk dirinya. Padahal kenyataanya tidaklah demikian, bahkan sebenarnya hal itu merupakan ujian dan cobaan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)
Demikian pula sebaliknya Allah menguji dan mencobanya dengan kesempitan rezeki, dia mengira bahwa hal itu merupakan penghinaan dari Allah Swt. kepadanya. Maka disanggah oleh firman-Nya:
Sekali-kali tidak (demikian). (Al-Fajr: 17)
Yakni sebenarnya tidaklah seperti yang diduganya baik dalam keadaan mendapat kesukaan maupun dalam keadaan mendapat kedukaan;karena sesungguhnya Allah memberi harta kepada siapa yang disukai-Nya dan juga kepada orang yang tidak disukai-Nya, dan Dia menyempitkan rezeki terhadap orang yang disukai-Nya dan juga terhadap orang yang tidak disukai-Nya. Dan sesungguhnya pokok pangkal permasalahan dalam hal ini bergantung kepada ketaatan yang bersangkutan kepada Allah Swt. dalam dua keadaan tersebut. Apabila ia diberi kekayaan, hendaknya ia bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya itu; dan apabila mendapat kemiskinan, hendaknya ia bersabar dan tetap menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.
Firman Allah Swt.:
Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. (Al-Fajr: 17)
Di dalam ayat ini terkandung makna perintah untuk memuliakan anak yatim, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnul Mubarak, dari Sa'id ibnu Ayyub, dari Yahya ibnu Sulaiman, dari Yazid ibnu Abu Gayyas., dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sebaik-baik rumah dikalangan kaum muslim adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik, dan seburuk-buruk rumah di kalangan kaum muslim adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang di perlakukan dengan buruk. Kemudian Nabi Saw. berisyarat dengan kedua jari tangannya, lalu bersabda: Aku dan orang yang menjamin anak yatim berada di dalam surga seperti ini.
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabah ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada Kami Abdul Aziz (yakni Ibnu Abu Hazim), telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Sahl (yakni Ibnu Sa'id) bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku dan orang yang menjamin anak yatim seperti kedua jari ini di dalam surga. Yakni berdekatan, seraya mengisyaratkan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jari tengahnya.
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. (Al-Fajr:18)
Yaitu tidak memerintahkan orang lain untuk memberi santunan kepada orang-orang fakir dan miskin dan sebagian dari mereka tidak menganjurkan hal ini kepada sebagian yang lainnya.
dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur-adukan (yang halal dan yang haram). (Al-Fajr: 19).
Yang dimaksud dengan turas ialah harta warisan, yakni memakannya tanpa mempedulikan dari arah mana dihasilkannya, baik dari cara halal maupun cara haram.
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Al-Fajr: 20)
Yakni kecintaan yang banyak; sebagian ulama mengartikannya kecintaan yang berlebihan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan) sehingga kalian merasa sayang untuk menafkahkannya di jalan kebaikan. Menurut suatu qiraat pada keempat Fi'il tadi, yaitu Laa Tukrimuuna, Laa Tahaadhdhuuna, Ta'kuluuna, dan Tuhibbuuna, dibaca Laa Yukrimuuna, Laa Yahaadhdhuuna, Ya'kuluuna, dan Yuhibbuuna. Makna ayat-ayat di atas berdasarkan bacaan pertama.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Juga karena kalian sangat mencintai harta benda, sesuatu yang mendorong kalian untuk selalu mengumpulkan dan kikir untuk menginfakkannya.
6 Tafsir as-Saadi
"Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimu-liakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata, 'Rabbku telah memuliakanku.' Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata, 'Rabbku menghinakanku.' Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara men-campur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (Al-Fajr: 15-20).
(15-20) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tabiat manusia dari segi manusia itu sendiri. Manusia adalah sosok bodoh, zhalim, yang tidak mengetahui resiko berbagai hal. Ia mengira kondisi yang ada padanya akan terus berlanjut dan tidak akan hilang dan mengira bahwa kemuliaan serta kenikmatan Allah سبحانه وتعالى yang diberikan di dunia menunjukkan kemuliaannya di sisi Allah سبحانه وتعالى, dan ia mengira bila ﴾ رِزۡقَهُۥ ﴿ "rizkinya," disempitkan hingga makanannya hanya pas-pasan (tidak lebih), hal itu dikira sebagai penghinaan Allah سبحانه وتعالى terhadapnya. Allah سبحانه وتعالى menolak dugaan ini seraya berfirman, ﴾ كـَلَّاۖ ﴿ "Sekali-kali tidak (demikian)," yakni, tidak semua orang yang Aku beri kenikmatan di dunia adalah orang mulia di sisiKu dan tidak berarti orang yang rizkinya Aku sempitkan adalah orang hina di sisiKu. Kekayaan, kemiskinan, kelapangan, dan kesempitan hanya-lah ujian dari Allah سبحانه وتعالى pada para manusia, agar Allah سبحانه وتعالى mengeta-hui siapakah yang bersyukur dan bersabar, sehingga Allah سبحانه وتعالى bisa memberikan balasan besar atas kesyukuran dan kesabaran itu, se-dangkan yang tidak mau bersyukur dan bersabar, akan ditimpakan padanya siksaan yang mengerikan. Di samping itu, ketergantungan harapan seseorang pada keinginannya semata merupakan salah satu tanda lemahnya cita-cita. Karena itu Allah سبحانه وتعالى mencela mereka karena tidak memperhatikan kondisi orang lain yang memerlukan bantuan seraya berfirman, ﴾ كـَلَّاۖ بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ ﴿ "Sekali-kali tidak (demi-kian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim," yang kehilangan ayah dan orang yang mencarikan rizki baginya yang memerlukan pelipur lara dan perlakuan baik. Kalian justru tidak memuliakan-nya, tapi malah menghinanya. Ini menunjukkan tidak adanya rasa kasih sayang dalam hati kalian dan tidak adanya keinginan dalam kebajikan. ﴾ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ﴿ "Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin," yakni, kalian tidak saling mengajak satu sama lain untuk memberi makan orang-orang yang memerlu-kan dari kalangan fakir miskin. Hal itu dikarenakan ketamakan terhadap dunia dan rasa cinta yang amat bersarang di hati. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَتَأۡكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ ﴿ "Dan kamu memakan harta pusaka," yaitu harta yang ditinggalkan ﴾ أَكۡلٗا لَّمّٗا ﴿ "dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil)," yakni dengan segala ketamakan dan tidak menyisakan yang tidak halal sekalipun. Ka-rena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا ﴿ "Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan," yakni dengan sangat. Ini semakna dengan Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا 16 وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ 17 ﴿
"Tetapi kamu (orang-orang) kafir memilih kehidupan duniawi, pada-hal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (Al-A'la: 16-17).
﴾ كـَلَّا بَلۡ تُحِبُّونَ ٱلۡعَاجِلَةَ 20 وَتَذَرُونَ ٱلۡأٓخِرَةَ 21 ﴿
"Jangan (berbuat demikian). Tapi kamu lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat." (Al-Qiyamah: 20-21).