Taha Ayat 15
اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰى ( طه: ١٥ )
'Inna As-Sā`ata 'Ātiyatun 'Akādu 'Ukhfīhā Litujzaá Kullu Nafsin Bimā Tas`aá. (Ṭāʾ Hāʾ 20:15)
Artinya:
Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. (QS. [20] Taha : 15)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Allah lalu menyusuli dengan prinsip berikutnya, yaitu keniscayaan kiamat. "Sungguh, hari kiamat itu akan datang tanpa ada keraguan sedikit pun tentangnya, namun Aku merahasiakan waktu kedatangannya. Karena itu, siapkanlah dirimu untuk menghadapinya. Hari kiamat itu merupakan suatu keniscayaan agar setiap orang yang mukalaf dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan dalam kehidupannya di dunia ini.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa hari Kiamat itu pasti datang, tetapi Allah sengaja merahasiakan dan tidak menjelaskan waktunya, kapan hari Kiamat itu terjadi. Sengaja Allah merahasiakan waktu terjadinya hari Kiamat, agar dengan demikian manusia selalu berhati-hati dan waspada serta siap untuk menghadapinya. Dirahasiakannya kedatangan hari Kiamat sama halnya dengan dirahasiakannya kapan ajalnya seseorang itu tiba. Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui kapan dan di mana ia akan mati, sebagaimana firman Allah:
Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman/31: 34)
Apabila seseorang mengetahui kapan ajalnya tiba tentunya ia akan berbuat semau hatinya, menurutkan hawa nafsunya, mengerjakan segala macam maksiat yang dikehendakinya. Sesudah ajalnya dekat barulah ia tobat dan Allah akan menerima tobatnya sesuai dengan janji-Nya. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. (Ali Imran/3: 9)
Tetapi kalau ia tidak tahu kapan ajalnya tiba, tentunya ia selalu hati-hati, perintah dikerjakannya, larangan dijauhinya. Apabila ia berbuat masiat, segera ia bertobat karena takut kalau ajalnya datang mendadak sebelum ia bertobat. Jadi, gunanya kiamat dirahasiakan adalah supaya manusia giat berbuat baik, bila manusia yang seharusnya berbuat baik tetapi ia berbuat jahat, maka sangat pantaslah orang itu dihukum. Oleh karena itulah sangat adil bila yang berbuat baik itu diberi imbalan dan yang berbuat jahat diberi azab. Firman Allah:
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (az-Zalzalah/99: 7-8)
Dan firman-Nya:
Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan. (ath-thur/52: 16)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang.
Yakni pasti akan datang dan pasti terjadi.
Firman Allah Swt.:
Aku merahasiakan (waktu)nya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan maknanya, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan berikut: "Aku hampir saja merahasiakan waktunya terhadap diri-Ku sendiri." Makna yang dimaksud ialah bahwa waktu hari kiamat itu dirahasiakan oleh Allah Swt. terhadap semua makhluk. Dikatakan demikian karena tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah Swt. selamanya.
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa bacaannya adalah: Min nafsihi (terhadap diri-Nya sendiri). Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Saleh, dan Yahya ibnu Rafi'.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Aku merahasiakan (waktunya)
Artinya, Aku tidak akan memperlihatkan tentang waktunya kepada seorang pun selain diri-Ku sendiri.
Menurut As-Saddi, tiada seorang pun dari kalangan penduduk langit dan bumi, melainkan Allah merahasiakan terhadapnya tentang waktu hari kiamat.
Ayat ini menurut bacaan Ibnu Mas'ud disebutkan seperti berikut: "Aku hampir menyembunyikan waktunya terhadap diri-Ku sendiri." Dengan kata lain, Aku merahasiakan waktu hari kiamat terhadap semua makhluk, sehingga andaikan Aku dapat menyembunyikannya terhadap diri-Ku sendiri, tentulah Aku akan melakukannya.
Menurut pendapat yang lain bersumber dari Qatadah, disebutkan bahwa firman-Nya: Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaahaa:15) Menurut suatu qiraat (bacaan) disebutkan, "Aku menyembunyikan waktunya dengan sengaja." Demi usiaku, sesungguhnya Allah menyembunyikan waktunya terhadap para malaikat yang terdekat, para nabi, dan para rasulNya.
Menurut kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An Naml:65)
Dan firman Allah Swt.:
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al A'raf:187)
Yakni amatlah berat pengetahuan mengenainya bagi makhluk yang ada di langit dan di bumi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Minjab, telah menceritakan kepada kami Abu Namilah, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sahl Al-Asadi, dari warga yang mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah membacakan kepadanya ayat berikut: Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaahaa:15) dengan bacaan akhfiha yang artinya menampakkannya yakni hampir-hampir Allah Swt. menampakkan pengetahuan mengenai waktu hari kiamat. Kemudian ia mengatakan bahwa tidakkah engkau pernah mendengar perkataan seorang penyair yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
Telah berlalu masa dua bulan, kemudian ditambah lagi satu bulan penuh tinggal di Arbakin dan tanam-tanaman mulai menguning.
As-Saddi mengatakan bahwa al-gamir ialah tanaman basah yang tumbuh di pematang yang kering, yakni tanamannya sudah mulai masak. Arbakin nama sebuah tempat. Ad-damik satu bulan penuh. Syair ini dikatakan oleh Ka'b ibnu Zuhair.
Firman Allah Swt.:
...agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
Yakni Aku pasti mengadakan hari kiamat agar Aku melakukan pembalasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah: 7-8)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan waktunya) dari manusia dan menampakkan kepada mereka hanya dekatnya hari kiamat melalui alamat-alamatnya supaya mendapatkan balasan) di hari itu (tiap-tiap diri itu dengan apa yang ia usahakan) apakah kebaikan ataukah keburukan.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sesungguhnya hari kiamat yang merupakan saat pertemuan dengan-Ku, yang Aku rahasiakan waktunya bagi hamba-hamba-Ku, dan hanya akan Aku tampakkan tanda-tandanya bagi mereka, pasti akan datang. Saat itu, segala perbuatan manusia diperhitungkan dan diberi balasan.
6 Tafsir as-Saadi
"Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika dia melihat api, lalu berkatalah dia kepada keluarganya, 'Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.' Maka ketika dia datang ke tempat api itu dia dipanggil, 'Hai Musa, sesungguhnya Aku ini adalah Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesung-guhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak) kecuali Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan datang, (hampir saja) Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan amal yang dia usahakan." (Thaha: 9-15).
(9-10) Allah berfirman kepada NabiNya, Muhammad da-lam bentuk pertanyaan yang bersifat penetapan dan pengagungan serta membesarkan kisah ini ﴾ هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ 9 ﴿ "Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?" Mengenai keadaannya yang meru-pakan pangkal kebahagiaan dan tempat penetapan kenabiannya, beliau melihat api dari kejauhan. Sebelumnya beliau pernah tersesat dalam perjalanannya, kemudian didera oleh hawa dingin, tanpa memiliki sesuatu pun yang dapat menghangatkan tubuhnya dalam perjalanan. Maka beliau berkata kepada istrinya, ﴾ إِنِّيٓ ءَانَسۡتُ ﴿ "Sesung-guhnya aku melihat," aku menyaksikan ﴾ نَارٗا ﴿ "api." Peristiwa ini ter-jadi di bagian kanan gunung Thur. ﴾ لَّعَلِّيٓ ءَاتِيكُم مِّنۡهَا بِقَبَسٍ ﴿ "Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu," untuk menghangatkan diri dengannya ﴾ أَوۡ أَجِدُ عَلَى ٱلنَّارِ هُدٗى 10 ﴿ "atau aku akan mendapat petun-juk di tempat api itu," maksudnya orang yang menunjukkan jalan kepada kita. Yang beliau cari adalah cahaya yang bersifat inderawi dan petunjuk biasa. Akan tetapi, beliau menjumpai cahaya makna-wi, cahaya wahyu yang akan membuat jiwa-jiwa dan hati bersinar karenanya, serta hidayah yang sejati. Yaitu petunjuk menuju shirath al-Mustaqim yang mengantarkan ke Surga Na'im. Terjadilah peris-tiwa yang tidak pernah beliau perhitungkan dan tak pernah terbetik di benak beliau.
(11) ﴾ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا ﴿ "Maka ketika dia datang ke tempat itu," yaitu api yang beliau saksikan dari kejauhan. Sebenarnya, api itu berupa cahaya, ia dapat membakar dan tersulut. Indikasinya adalah sabda Nabi,
حِجَابُهُ النُّوْرُ أَوِ النَّارُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ [مِنْ خَلْقِهِ].
"PenutupNya adalah cahaya atau api. Seandainya Allah menyibak-nya, niscaya pancaran WajahNya akan membakar apa saja [dari makhluk-nya] sampai sejauh jarak pandanganNya."[30]
Sesampainya di sana, beliau dipanggil. Maksudnya, Allah memanggilnya. Sebagaimana FirmanNya,
﴾ وَنَٰدَيۡنَٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلۡأَيۡمَنِ وَقَرَّبۡنَٰهُ نَجِيّٗا 52 ﴿
"Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur, dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia bermunajat." (Maryam: 52).
(12) ﴾ إِنِّيٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوٗى 12 ﴿ "Sesungguhnya Aku ini adalah Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesung-guhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa." Allah mengabarkan kepada beliau bahwa Dia adalah Rabbnya, dan memerintahkan beliau untuk bersiap sedia melakukan munajat kepadaNya dan memperhatikannya. Beliau melepaskan dua sandalnya, karena berada di lembah yang disucikan, bersih lagi diagungkan. Sean-dainya tidak ada (petunjuk) tentang (keharusan) menyucikan lembah itu kecuali (petunjuk) bahwa Allah memilihnya untuk tempat bermunajat dengan Musa, KalimNya, maka sudahlah cukup (sebagai tanda kesuciannya). Banyak ahli tafsir mengatakan, "Sesungguhnya Allah memerintahkan beliau untuk melepaskan dua sandalnya. Karena keduanya terbuat dari kulit keledai."[31] Wal-lahu a'lam.
(13) ﴾ وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ ﴿ "Dan Aku telah memilihmu," maksudnya Aku telah memilih dan menyeleksimu dari orang-orang. Ini merupakan kenikmatan dan karunia paling besar yang Allah curahkan kepada-nya, yang menuntut untuk disyukuri dengan semestinya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ 13 ﴿ "Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)," maksudnya, arahkan pende-ngaranmu kepada wahyu yang disampaikan kepadamu. Sesung-guhnya sikap itu sudah sepantasnya. Sebab, ia merupakan prinsip agama dan landasannya, serta tiang dakwah Islamiyah.
(14) Kemudian Allah menjelaskan wahyu yang disampai-kan kepadanya dengan FirmanNya, ﴾ إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ ﴿ "Sesungguh-nya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Aku," maksudnya Allah-lah yang berhak untuk diibadahi, dan Dzat yang melekat padaNya sifat tersebut. Sebab, Dia yang Mahasempurna dalam nama-nama dan sifat-sifatNya, Esa dengan perbuatan-perbuatanNya, tidak ada sekutu bagiNya, tidak ada bandingan, padanan, dan dzat yang sama denganNya. ﴾ فَٱعۡبُدۡنِي ﴿ "Maka sembahlah Aku," dalam segala macam ibadah, yang zahir maupun yang batin, ibadah yang prinsip ataupun yang bersifat sekunder. Selanjutnya, Allah menyebutkan shalat secara khusus, meskipun sudah termasuk dalam bingkai ibadah, karena ke-utamaan dan kemuliaannya serta muatannya yang mengandung penghambaan hati, lisan dan anggota tubuh lainnya.
Firman Allah, ﴾ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ 14 ﴿ "Dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu," huruf lam berfungsi sebagai ta'lil (penyebutan sebab). Maksudnya, tegakkanlah shalat untuk tujuan mengingat-Ku. Sebab mengingat nama Allah merupakan tujuan yang paling agung. Dengan itulah hati menghambakan diri kepada Allah. De-ngan itu pula, kebahagiaan tergapai. Hati yang kosong dari dzikir kepada Allah, niscaya akan menjadi kosong dari segala kebaikan. Ia benar-benar telah mengalami kerusakan yang parah, maka Allah menggariskan berbagai macam ibadah yang ditujukan untuk meng-ingatNya, terutama pada shalat. Allah تعالى berfirman,
﴾ ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ ﴿
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur`an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain)." (Al-Ankabut: 45),
maksudnya, kandungannya berupa dzikrullah lebih besar daripada (fungsinya) mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran. Jenis ini, disebut tauhid ilahiyah (uluhiyah) dan tauhid ibadah. Uluhiyah (hak disembah) merupakan sifat Allah تعالى. Sementara ubudiyah (menghambakan diri) merupakan sifat makhlukNya.
(15) ﴾ إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ ﴿ "Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan datang," maksudnya pasti terjadi ﴾ أَكَادُ أُخۡفِيهَا ﴿ "(hampir saja) Aku merahasiakan (waktu)nya," yaitu dari diriKu Sendiri, sebagaimana termaktub pada salah satu versi qira`ah. Seperti Firman Allah,
﴾ يَسۡـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِۖ قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِۚ ﴿
"Manusia bertanya kepadamu tentang Hari Berbangkit. Katakanlah, 'Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah'." (Al-Ahzab: 63).
Allah تعالى berfirman,
﴾ وَعِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ ﴿
"Dan di sisiNya-lah pengetahuan tentang Hari Kiamat." (Az- Zukhruf: 85).
Pengetahuan mengenai waktu terjadinya sudah Allah sembu-nyikan dari para makhluk semuanya. Malaikat yang dekat dengan Allah dan nabi yang diutus pun tidak mengetahuinya. Hikmah di-hadirkannya Hari Kiamat ﴾ لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۭ بِمَا تَسۡعَىٰ ﴿ "supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan amal yang dia usahakan," yang baik ataupun yang buruk. Hari Kiamat adalah pintu menuju akhirat,
﴾ لِيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔواْ بِمَا عَمِلُواْ وَيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ بِٱلۡحُسۡنَى 31 ﴿
"Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap amal yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." (An-Najm: 31).