Yasin Ayat 32
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ ࣖ ( يس: ٣٢ )
Wa 'In Kullun Lammā Jamī`un Ladaynā Muĥđarūna. (Yāʾ Sīn 36:32)
Artinya:
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami. (QS. [36] Yasin : 32)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan setiap umat, dari generasi pertama hingga terakhir, semuanya akan dihadapkan oleh malaikat kepada Kami untuk diminta pertanggungjawaban atas perbuatan mereka di dunia.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa mereka semuanya, baik yang dahulu, sekarang, maupun yang akan datang, pasti akan dikumpulkan ke hadirat-Nya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan tingkah laku mereka selama di dunia.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Adapun firman Allah Swt.:
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. (Yaa Siin:32)
Yakni sesungguhnya semua umat yang terdahulu dan yang akan datang, kelak akan dihimpunkan untuk menjalani perhitungan amal perbuatan di hari kiamat di hadapan Allah Swt. Maka Dia akan membalas masing-masing dari mereka sesuai dengan amal perbuatannya, yakni semua amal baik dan amal buruknya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. (Huud:111)
Ulama ahli qiraat berselisih pendapat sehubungan dengan bacaan ayat ini, di antara mereka ada yang membacanya dengan bacaan takhfif pada lafaz lamma sehingga menjadi lama. Atas dasar qiraat ini, berarti huruf in menunjukkan makna itbat. Di antara mereka ada pula yang men-tasydid-kan lamma serta menjadikan in sebagai huruf nafi. sedangkan huruf lamma bermakna illa, artinya 'dan tidaklah masing-masing dari mereka melainkan dikumpulkan kepada Kami'. Akan tetapi, makna kedua qiraat ini sama tidak ada bedanya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan tiadalah) bila dianggap sebagai In Nafiyah. Sesungguhnya, bila dianggap sebagai In Mukhaffafah dari Inna (masing-masing) dari semua makhluk, Kullun berkedudukan menjadi Mubtada (melainkan) apabila dibaca Tasydid artinya sama dengan lafal illa. Jika dibaca Takhfif yaitu menjadi Lamaa, maka huruf Lamnya adalah Lam Fariqah dan huruf Ma-nya adalah Zaidah (dikumpulkan) menjadi Khabar dari Mubtada, yakni dihimpunkan (kepada Kami kembali) untuk menjalani penghisaban; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Seluruh umat yang telah lalu maupun yang datang kemudian, akan berkumpul di hadapan Kami. Semuanya akan dipaksa untuk datang kepada Kami.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu pen-duduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, 'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.' Mereka menjawab, 'Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.' Mereka berkata, 'Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanya-lah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.' Mereka menja-wab, 'Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesung-guhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.' Utusan-utusan itu berkata, 'Kemalanganmu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.' Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib an-Najjar) dengan bergegas ia berkata, 'Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada meminta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang menda-pat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepadaNya-lah kamu (semua) akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selainNya? Jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemu-daratan terhadapku, niscaya syafa'at mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. Dikatakan (kepadanya), 'Masuklah ke surga.' Ia berkata, 'Alang-kah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.' Dan Kami tidak menurunkan ke-pada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidaklah datang seorang rasul pun kepada me-reka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. Tidakkah mereka mengetahui betapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka. Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami." (Yasin: 13-32).
(13) Maksudnya, buatlah untuk mereka yang mendusta-kan kerasulanmu, yang menolak seruanmu sebuah perumpamaan yang dapat mereka jadikan pelajaran dan menjadi nasihat bagi mereka jika mereka diberi taufik untuk kebaikan. Perumpamaan itu adalah para penduduk suatu negeri dan apa yang terjadi dari perbuatan mereka, yaitu pendustaan terhadap para utusan Allah, serta apa-apa yang menimpa mereka berupa hukuman dan azab dariNya. Menyebutkan secara pasti negeri yang dimaksud, kalau saja ada gunanya tentu Allah menyebutkannya. Maka mencoba menebaknya atau yang serupa dengannya termasuk tindakan ceroboh dan berbicara tanpa dasar pengetahuan. Maka dari itu, apabila ada seseorang yang membicarakan tentang perkara semisal ini, Anda akan menjumpainya simpang siur dan berbeda-beda pendapat yang tidak mempunyai kepastian, yang dengan begitu Anda tahu bahwa sesungguhnya jalan ilmu yang shahih adalah berhenti pada data-data yang tepat dan tidak menyentuh hal-hal yang tidak ada gunanya. Dan dengan cara seperti ini jiwa akan menjadi bersih dan ilmunya makin bertambah. Sementara, orang yang jahil mengira bahwa bertambahnya ilmu itu dengan cara menyebutkan pendapat-pendapat yang tidak ada dalilnya, tidak ada argumennya dan tidak pula ada faidahnya selain mengacaukan pikiran dan terbiasa dengan perkara-perkara yang masih diragukan kebenarannya. Ringkasnya, negeri tersebut telah dijadikan oleh Allah sebagai perumpamaan bagi para mukhathabin (lawan bicara) ﴾ إِذۡ جَآءَهَا ٱلۡمُرۡسَلُونَ ﴿ "ketika utusan-utusan datang kepada mereka," dari Allah سبحانه وتعالى; memerintah mereka beribadah kepada Allah سبحانه وتعالى semata dan menuluskan kepatuhan hanya kepadaNya, dan mencegah mereka dari syirik dan maksiat-maksiat.
(14) ﴾ إِذۡ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهِمُ ٱثۡنَيۡنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزۡنَا بِثَالِثٖ ﴿ "Yaitu ketika Kami meng-utus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan kedua-nya; kemudian kami kuatkan dengan ketiga." Maksudnya, Kami perkuat keduanya dengan orang ketiga, sehingga mereka menjadi tiga orang utusan, sebagai bentuk perhatian Allah سبحانه وتعالى kepada mereka dan sebagai penegakan hujjah dengan berdatangannya para rasul (utusan) itu kepada mereka secara bergantian, ﴾ فَقَالُوٓاْ ﴿ "maka mereka berkata," kepada mereka (orang-orang yang musyrik itu),﴾ إِنَّآ إِلَيۡكُم مُّرۡسَلُونَ ﴿ "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu."
(15) Lalu mereka menjawab para rasul itu dengan jawaban yang masih tetap populer di kalangan orang-orang yang menolak dakwah para rasul, seraya berkata, ﴾ قَالُواْ مَآ أَنتُمۡ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُنَا ﴿ "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami," artinya, apa yang membuat kalian merasa lebih utama dan unggul daripada kami? Para rasul berkata kepada umat mereka, Kami tiada lain manusia biasa seperti kalian, akan tetapi Allah memberikan karunia kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya.
﴾ وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحۡمَٰنُ مِن شَيۡءٍ ﴿ "Dan Allah Yang Maha Pemurah tidak me-nurunkan sesuatu pun," artinya, mereka mengingkari keseluruhan kerasulan; lalu mereka juga mengingkari orang-orang yang ber-bicara kepada mereka (tentang kerasulan tersebut), seraya mengata-kan, ﴾ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا تَكۡذِبُونَ ﴿ "Kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka."
(16) Rasul yang tiga itu mengatakan, ﴾ رَبُّنَا يَعۡلَمُ إِنَّآ إِلَيۡكُمۡ لَمُرۡسَلُونَ ﴿ "Rabb kami lebih mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu," maka jika kami adalah orang-orang pen-dusta, tentu Allah pasti telah menampakkan kehinaan kami dan pasti Dia segera menimpakan azabNya terhadap kami.
(17) ﴾ وَمَا عَلَيۡنَآ إِلَّا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ ﴿ "Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan dengan jelas," yakni, menyampaikan dengan jelas yang dengannya perkara-perkara menjadi terjelaskan yang memang dituntut untuk dijelaskan. Adapun selain dari itu berupa ayat-ayat usulan atau minta dipercepatnya azab, maka bukan tugas kami. Tugas kami hanyalah menyampaikan dengan jelas, dan kami telah melaksanakan dan menjelaskannya kepada kalian. Jika kalian menjadikannya sebagai petunjuk, maka itu adalah bagian yang baik dan taufik bagi kalian, namun jika kalian sesat, maka kami sama sekali tidak mempunyai urusan apa pun.
(18) Kemudian para penduduk negeri itu berkata kepada para rasulnya, ﴾ إِنَّا تَطَيَّرۡنَا بِكُمۡۖ ﴿ "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu," artinya, kami tidak melihat dari kedatangan kalian dan hubungan kalian dengan kami selain keburukan.
Ini adalah keanehan yang paling aneh, di mana orang yang datang kepada mereka dengan membawa nikmat yang paling mulia lagi paling besar yang dikaruniakan Allah kepada hamba-hambaNya dan karamah yang paling besar yang dianugerahkan kepada mereka serta kebutuhan mereka kepadanya di atas semua kebutuhan, dianggap datang dengan kondisi keburukan yang makin menambah keburukan yang mereka anut dan mereka me-rasa sial karenanya. Sesungguhnya tidak adanya pertolongan dan ketiadaan taufik dapat berakibat buruk terhadap seseorang yang lebih besar daripada apa yang dilakukan oleh musuhnya.
Kemudian mereka mengancam para rasul seraya mengata-kan, ﴾ لَئِن لَّمۡ تَنتَهُواْ لَنَرۡجُمَنَّكُمۡ ﴿ "Sungguh jika kamu tidak berhenti, niscaya kami akan merajam kamu." Maksudnya, niscaya kami membunuh kalian dengan cara melempari kalian dengan batu hingga menjadi pem-bunuhan yang paling sadis, ﴾ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih dari kami."
(19) Para rasul itu berkata kepada mereka, ﴾ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمۡ ﴿ "Ke-malanganmu itu adalah karena kamu sendiri," yaitu syirik dan keja-hatan yang ada pada kalian yang berakibat pada terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, berupa bencana dan dicabutnya hal-hal yang dicintai dan nikmat. ﴾ أَئِن ذُكِّرۡتُمۚ ﴿ "Apakah jika kamu diberi peringatan," yakni, karena kami mengingatkan kalian kepada apa yang di situ terdapat kebaikan dan nasib baik kalian, maka kalian mengatakan kepada kami apa yang telah kalian katakan? ﴾ بَلۡ أَنتُمۡ قَوۡمٞ مُّسۡرِفُونَ ﴿ "Sebenarnya kamu adalah kaum yang berlebihan," melampaui batas lagi sombong dalam bicara. Maka seruan mereka (para rasul itu) tidak menambah selain mereka semakin jauh dan semakin sombong.
(20) ﴾ وَجَآءَ مِنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ رَجُلٞ يَسۡعَىٰ ﴿ "Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki dengan bergegas," karena sangat bersemangat untuk memberikan nasihat kepada kaumnya ketika ia telah mendengar apa yang diserukan oleh para rasul dan ia beriman kepadanya serta mengetahui penolakan kaumnya terhadap mereka, seraya berkata, ﴾ يَٰقَوۡمِ ٱتَّبِعُواْ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ﴿ "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu." Orang itu memerintah mereka supaya mengikuti para rasul dan mena-sihatkan hal itu kepada mereka serta memberikan kesaksian akan kerasulan para rasul itu.
(21) Kemudian orang itu menjelaskan sebagai dukungan terhadap apa yang dipersaksikannya dan diserukannya, seraya ber-kata, ﴾ ٱتَّبِعُواْ مَن لَّا يَسۡـَٔلُكُمۡ أَجۡرٗا ﴿ "Ikutilah orang yang tiada meminta balasan kepadamu." Ikutilah orang yang menasihati kalian dengan nasihat yang membawa kebaikan kepada kalian, dan ia tidak mengingin-kan harta ataupun imbalan dari kalian atas nasihat dan bimbingan-nya kepada kalian. Ini mengharuskan untuk mengikuti orang yang sifatnya seperti itu. Lebih dari itu bisa dikatakan, Bisa saja dia mengajak dan tidak mengambil upah, akan tetapi dia tidak berada di atas yang haq? Kemungkinan ini ditolak dengan FirmanNya, ﴾ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ﴿ "Sedangkan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk," karena mereka tidak mengajak kecuali kepada hal-hal yang dikukuhkan oleh akal sehat akan kebaikannya, dan mereka pun tidak mencegah kecuali apa yang dibenarkan oleh akal sehat akan keburukannya.
(22-25) Seolah-olah kaumnya belum juga menerima nasi-hatnya, bahkan mereka kembali mencelanya karena mengikuti para rasul dan mengikhlaskan kepatuhan hanya kepada Allah سبحانه وتعالى semata, maka ia berkata, ﴾ وَمَا لِيَ لَآ أَعۡبُدُ ٱلَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ ﴿ "Mengapa aku tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan?" Artinya, apa yang menghalangiku untuk beribadah kepada Yang berhak untuk diibadahi (disembah), sebab Dia-lah yang telah menjadikan dan menciptakanku serta memberiku rizki dan kepadaNya tempat kembali semua makhluk, lalu Dia akan memberikan balasan kepada mereka menurut amal-amal perbuatan mereka. Maka Tuhan yang di TanganNya pen-ciptaan, rizki, dan keputusan di antara manusia di dunia dan di akhirat, Dia-lah yang berhak disembah, disanjung dan dipuji, bukan yang tidak memiliki manfaat, tidak menimpakan bahaya, tidak bisa memberi dan menahan (keburukan), tidak pula memiliki hak mematikan, menghidupkan ataupun membangkitkan kembali. Maka dari itu Dia berfirman,﴾ ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَٰنُ بِضُرّٖ لَّا تُغۡنِ عَنِّي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـٔٗا ﴿ "Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selainNya? Jika Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafa'at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku," karena tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafa'at di sisi Allah kecuali berdasarkan izin dariNya, maka syafa'at mereka sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka, ﴾ وَلَا يُنقِذُونِ ﴿ "dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku," yakni, dari bahaya (mudarat) yang Allah kehendaki menimpaku? ﴾ إِنِّيٓ إِذٗا ﴿ "Sesungguhnya aku kalau begitu," artinya, jika aku beribadah kepada sembahan-sembahan yang se-demikian rapuh sifat-sifatnya, ﴾ لَّفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ﴿ "pasti (aku) berada dalam kesesatan yang nyata." Di dalam ungkapannya ini orang itu meng-kombinasikan antara pemberian nasihat kepada mereka, pemberian kesaksian kepada para rasul akan kerasulan dan hidayahnya dan pemberitaan akan dipastikannya ibadah hanya kepada Allah semata serta penyebutan dalil-dalil untuknya, dan bahwa sesungguhnya ibadah kepada selainNya adalah batil. Lalu ia menyebutkan argu-men-argumen terhadapnya, pemberitaan tentang kesesatan siapa saja yang menyembahnya dan maklumat tentang keimanannya secara terang-terangan, padahal ia sangat takut kalau mereka akan membunuhnya. Ia berkata, ﴾ إِنِّيٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمۡ فَٱسۡمَعُونِ ﴿ "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabbmu; maka dengarkanlah aku."
(26-27) Lalu lelaki ini dibunuh oleh kaumnya sendiri sete-lah mereka mendengar darinya dan ia berdialog dengan mereka.
﴾ قِيلَ ﴿ "Dikatakan" kepadanya pada saat itu juga, ﴾ ٱدۡخُلِ ٱلۡجَنَّةَۖ ﴿ "Masuklah ke surga." Allah berfirman seraya mengabarkan karamah (kemuliaan) yang diraihnya karena tauhid dan keikhlasannya serta nasihatnya kepada kaumnya, sesudah wafatnya, sebagaimana dinasihatkannya saat masih hidup, ﴾ يَٰلَيۡتَ قَوۡمِي يَعۡلَمُونَ 26 بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي ﴿ "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui; apa yang menyebab-kan Rabbku memberikan ampun kepadaku." Maksudnya, disebabkan apa Dia mengampuniku hingga Dia menjauhkan segala bentuk siksaan dariku, ﴾ وَجَعَلَنِي مِنَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ ﴿ "dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan" dengan berbagai macam pahala dan segala hal yang menyenangkan. Artinya, kalau sekiranya pengetahuan tentang hal ini sampai ke dalam hati mereka, tentu mereka tidak tetap berada dalam kesyirikan.
(28) Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang siksaan bagi kaumnya, ﴾ وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنۢ بَعۡدِهِۦ مِن جُندٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ﴿ "Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia meninggal suatu pasukan pun dari langit," artinya, Kami tidak perlu bersusah-susah untuk menyiksa mereka dengan menurunkan pasukan dari langit untuk membinasakan mereka, ﴾ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ ﴿ "dan tidak layak Kami menurunkannya," karena tidak ada perlunya untuk itu, karena keagungan kekuasaan Allah سبحانه وتعالى dan betapa sangat rapuhnya manusia, sehingga azab Allah yang paling ringan saja, sudah cukup buat mereka.
(29) ﴾ إِن كَانَتۡ ﴿ "Tidak ada ia," maksudnya, siksaan atas mereka, ﴾ إِلَّا صَيۡحَةٗ وَٰحِدَةٗ ﴿ "melainkan satu teriakan suara saja," yakni, satu suara saja yang dilontarkan oleh salah seorang malaikat Allah, ﴾ فَإِذَا هُمۡ خَٰمِدُونَ ﴿ "maka tiba-tiba mereka semuanya mati," hati mereka tercabik-cabik (hancur) di dalam rongga tubuh mereka dan mereka tersen-tak karena suara teriakan itu, maka mereka pun menjadi mati, tidak bersuara, tidak bergerak dan tidak pula hidup setelah kecongkakan dan kesombongan mereka serta setelah merespons orang-orang yang paling mulia (rasul) dengan perkataan kotor dan sikap semena-mena kepada mereka.
(30) Allah سبحانه وتعالى berfirman dengan nada prihatin kepada ma-nusia, ﴾ يَٰحَسۡرَةً عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ﴿ "Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu. Tidaklah datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya." Artinya, alangkah hebatnya kesengsaraan mereka dan betapa panjang penderitaan mereka serta betapa bodohnya mereka karena mereka bersifat buruk seperti itu, sifat yang menjadi sebab bagi segala kesengsaraan, azab, dan hukuman.
(31-32) ﴾ أَلَمۡ يَرَوۡاْ كَمۡ أَهۡلَكۡنَا قَبۡلَهُم مِّنَ ٱلۡقُرُونِ أَنَّهُمۡ إِلَيۡهِمۡ لَا يَرۡجِعُونَ 31 وَإِن كُلّٞ لَّمَّا جَمِيعٞ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُونَ 32 ﴿ "Tidakkah mereka mengetahui betapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya (orang-orang yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka. Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami." Allah سبحانه وتعالى menyatakan, Tidakkah mereka melihat dan mengambil pelajaran dari orang-orang sebelum mereka, yaitu generasi-generasi yang mendustakan para rasul yang telah dibinasakan oleh Allah سبحانه وتعالى dan ditimpa azabNya; dan sesungguhnya mereka semua sudah musnah dan binasa, tidak seorang pun yang kembali ke dunia dan tidak akan dikembalikan lagi kepadanya; dan kelak Allah akan mengem-balikannya sebagai makhluk baru, Dia akan menghidupkan kembali sesudah kematian mereka serta akan menghadirkan mereka di hadapanNya untuk diberikan keputusan dengan keputusan yang adil di antara mereka, yang di situ Dia tidak menzhalimi seberat biji sawi pun, jika kebaikan, maka Dia akan melipatgandakannya dan akan memberikan pahala yang sangat besar dari sisiNya.