"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahu-lui Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesung-guhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terha-dap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertak-wa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al-Hujurat: 1-3).
Madaniyyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Ayat ini mencakup etika terhadap Allah سبحانه وتعالى dan terhadap Rasulullah a serta mengagungkan, menghormati, dan memulia-kannya. Allah سبحانه وتعالى memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman sesuai dengan tuntutan keimanan terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi larangan-Nya serta harus berjalan di belakang perintah-perintah Allah سبحانه وتعالى dan mengikuti sunnah Rasulullah a dalam semua hal, agar tidak mendahului Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya, tidak mengatakan sesuatu pun hingga Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah a menyatakan, dan tidak me-merintah apa pun hingga Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah a memerintah. Inilah hakikat etika wajib terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dan itulah alamat kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Jika etika tersebut tidak dimiliki oleh seorang hamba, maka dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan abadi dan kenikmatan kekal. Da-lam hal ini terdapat larangan keras untuk mendahului perkataan Rasulullah a sebelum beliau mengucapkan. Manakala Sunnah Rasulullah a telah jelas, maka ia wajib diikuti dan harus didahulu-kan atas yang lainnya, tidak peduli siapa pun orangnya.
(1) Allah تعالى memerintahkan untuk takwa secara umum, yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh Thalq bin Habib yang berkata, "Takwa itu adalah bahwa Anda mengerjakan ketaatan kepada Allah di atas dasar cahaya dari Allah di mana Anda hanya berharap pahala balasan Allah, dan bahwa Anda meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah di mana Anda takut kepada azabNya.
Dan Firman Allah ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Men-dengar ," yakni, semua jenis suara dan dalam semua waktu sekali-pun dalam tempat dan arah yang sama. ﴾ عَلِيمٞ ﴿ "lagi Maha Mengeta-hui," yakni apa-apa yang zahir dan apa-apa yang bersifat batin, yang telah berlalu maupun yang akan datang, yang wajib secara aqli dan juga yang mustahil dan mubah secara aqli.
Dalam penyebutan dua nama Allah yang mulia ini setelah didahului dengan larangan mendahului Allah dan RasulNya, kemudian perintah untuk bertakwa kepadaNya, Allah mendorong untuk melaksanakan perintah-perintah yang baik tersebut dan juga adab-adab yang bagus, serta ancaman dari lawannya.
(2) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras." Ini adalah adab terhadap Rasu-lullah a ketika berbicara dengan beliau. Artinya, orang yang ber-bicara dengan Rasulullah a tidak boleh meninggikan suaranya melebihi suara Rasulullah a dan tidak boleh mengeraskan suara di hadapan Rasulullah a, ketika berbicara dengan Rasulullah a suara harus dilirihkan dengan sopan, lembut seraya mengagung-kan dan memuliakan, karena Rasulullah a bukan seperti salah seorang dari kalian, untuk itu bedakanlah ketika berbicara dengan-nya sebagaimana kalian membedakan hak-haknya terhadap umat-nya, kalian wajib mencintainya dengan kecintaan di mana keimanan tidak bisa sempurna tanpanya. Karena tanpa melaksanakan hal itu dikhawatirkan akan bisa menggugurkan amalan seorang hamba sedangkan dia tidak merasa, sebagaimana beretika terhadap Rasu-lullah a juga merupakan salah satu penyebab mendapatkan pahala dan diterimanya amal.
(3) Kemudian Allah سبحانه وتعالى memuji orang yang merendahkan suaranya di hadapan Rasulullah a bahwasanya Allah سبحانه وتعالى menye-butkan bahwa orang seperti ini hatinya tengah diuji untuk ketakwa-an sehingga hasilnya bisa terlihat dengan jelas, yaitu hati mereka menjadi layak untuk bertakwa. Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menjanjikan ampunan bagi dosanya yang mencakup lenyapnya keburukan dan hal-hal yang tidak diinginkan serta bisa mendatangkan pahala besar yang sifatnya tidak diketahui kecuali hanya Allah سبحانه وتعالى semata, yang mencakup didapatkannya semua hal yang diinginkan.
Di sini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Allah سبحانه وتعالى meng-uji hati dengan perintah, larangan dan ujian. Siapa pun yang terus menunaikan perintah Allah سبحانه وتعالى, mencari ridhaNya, menyegerakan hal itu serta mendahulukannya di atas keinginannya, maka ia akan terpilih untuk diberi ketakwaan sehingga hatinya layak untuk ber-takwa, namun siapa pun yang tidak seperti itu, maka bisa diketahui bahwa orang itu tidak layak untuk bertakwa.