"Aku bersumpah dengan Hari Kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Apakah ma-nusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus. Ia bertanya, 'Bilakah Hari Kiamat itu'." (Al-Qiyamah: 1-6).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1) Kata ﴾ لَآ ﴿ di sini bukan لَا nafiyah dan bukan pula tam-bahan. Kata لَا disebut hanya sebagai pembukaan dan perhatian atas apa yang setelahnya. Karena kata ini sering digunakan untuk sumpah, bukan berarti asing bila digunakan sebagai kata pembuka, meski pada asalnya tidak dipakai untuk kata pembuka. Yang di-jadikan sumpah dalam ayat ini adalah obyek sumpah, yaitu Hari Kebangkitan setelah kematian, yakni bangkitnya manusia dari kubur dan berdirinya mereka untuk menanti putusan Allah pada mereka.
(2) ﴾ وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ ﴿ "Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)." Ini mencakup seluruh jiwa yang baik dan yang keji. Disebut sebagai jiwa yang amat menyesali karena banyaknya berganti warna berulang-ulang dan tidak berada dalam satu keadaan, dan karena jiwa ini mencela orangnya pada saat meninggal dunia atas apa telah dilakukan. Sedangkan jiwa orang yang beriman mencela orangnya ketika berada di dunia atas ke-malasan atau tidak menunaikan kewajiban secara sempurna atau karena kelalaian. Dalam ayat ini sumpah atas pembalasan dan balasan disatukan dan juga antara pembalasan dengan orang yang berhak mendapatkannya.
(3-4) Kemudian Allah سبحانه وتعالى memberitahukan bersamaan dengan hal di atas bahwa sesungguhnya sebagian orang-orang menentang dan mendustakan Hari Kiamat seraya berfirman, ﴾ أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجۡمَعَ عِظَامَهُۥ ﴿ "Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya," setelah kematian, sebagaimana dise-butkan dalam Firman lain,
﴾ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلٗا وَنَسِيَ خَلۡقَهُۥۖ قَالَ مَن يُحۡيِ ٱلۡعِظَٰمَ وَهِيَ رَمِيمٞ 78 ﴿
"Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang be-lulang yang telah hancur luluh?'" (Yasin: 78).
Karena kebodohan dan permusuhannya, ia menganggap mustahil kemampuan Allah سبحانه وتعالى untuk menciptakan tulang yang merupakan tonggak raga. Allah سبحانه وتعالى membantahnya dengan berfir-man, ﴾ بَلَىٰ قَٰدِرِينَ عَلَىٰٓ أَن نُّسَوِّيَ بَنَانَهُۥ ﴿ "Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa me-nyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna." Yakni, ujung-ujung jari dan tulangnya sekalipun. Hal itu mengharuskan penciptaan seluruh anggota badan, karena bila ujung-ujung jari ada, berarti penciptaan raga sempurna.
(5-6) Keingkarannya pada Kuasa Allah سبحانه وتعالى bukan karena kurangnya dalil dan bukti yang menunjukkan atas hal itu, tapi keingkarannya berasal dari dirinya sendiri, karena tujuan dan maksudnya memang untuk mendustakan Hari Kebangkitan yang ada di hadapan matanya. اَلْفُجُوْرُ berarti berdusta secara sengaja.
Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menyebutkan kondisi-kondisi Hari Kiamat seraya berfirman,