Al-Jasiyah Ayat 37
وَلَهُ الْكِبْرِيَاۤءُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ ۔ ( الجاثية: ٣٧ )
Wa Lahu Al-Kibriyā'u Fī As-Samāwāti Wa Al-'Arđi Wa Huwa Al-`Azīzu Al-Ĥakīmu (al-Jāthiyah 45:37)
Artinya:
Dan hanya bagi-Nya segala keagungan di langit dan di bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. [45] Al-Jasiyah : 37)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan hanya bagi-Nya segala kebesaran dan ke agungan di langit dan di bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa dalam kekuasaan-Nya, Mahabijaksana dalam pengaturan-Nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kedua ayat ini merupakan ayat penutup Surah al-Jatsiyah. Dalam ayat-ayat ini Allah menyebutkan beberapa sifat-Nya yang ada hubungannya dengan dasar-dasar pengambilan keputusan di hari Kiamat nanti, yaitu:
1. Dia Maha Terpuji, karena itu bagi-Nyalah segala puji. Ungkapan ini memberikan pengertian bahwa segala nikmat apa pun yang diperoleh manusia selama hidup di dunia berasal dari Allah agar manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah-Nya di bumi, bukan untuk berbuat sewenang-wenang dan memperturutkan hawa nafsu. Jika manusia tidak mensyukuri nikmat itu dan tidak mempergunakan nikmat itu menurut yang semestinya, tentulah orang itu akan mendapat murka dan azab-Nya.
2. Allah Mahakuasa, Dia menguasai semesta alam. Perkataan ini memberikan pengertian bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi berada dalam kekuasaan-Nya. Dia menguasai dunia dan akhirat.
3. Dia Mahaagung, karena keagungan dan keangkuhan hanya bagi Allah di langit dan di bumi dan kekuasaan-Nya berada di atas segala kekuasaan.
4. Dia Mahaperkasa, keputusan-Nya tidak dapat ditolak, tidak dapat diubah oleh siapa pun, dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya itu.
5. Dia Mahabijaksana. Maksudnya: Allah dalam menetapkan perintah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, selalu disertai aturan, perhitungan, dan berhasil serta pasti, terjadi sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Adapun firman Allah Swt.:
Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan bumi. (Al-Jatsiyah: 37)
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kibriya ialah kekuasaan. Yakni Dialah Yang Mahabesar, Yang Mahaagung, Yang segala sesuatu tunduk dan berhajat kepada-Nya.
Di dalam hadis sahih disebutkan:
Allah Swt. berfirman, "Kebesaran adalah (bagaikan) kain-Ku, Keagungan adalah (bagaikan) selendang-Ku. Maka barang siapa yang menyaingi-Ku dalam salah satu dari keduanya, niscaya Kutempatkan dia di dalam neraka-Ku."
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Al-A'masy, dari Abi Ishaq, dari Al-Agar alias Abu Muslim, dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id r.a, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal.
Firman Allah Swt.:
Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Jatsiyah: 37)
Yakni Mahaperkasa, tiada seorang pun yang dapat mengalahkan dan tiada pula yang dapat mencegah-Nya. Dan Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya. Mahatinggi dan Mahasuci Allah; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan bagi-Nyalah keagungan) kebesaran (di langit dan bumi) lafal Fis Samaawaati Wal Ardhi ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan; yakni keagungan yang ada pada keduanya. (Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) sebagaimana yang telah dijelaskan pada penafsiran-penafsiran sebelumnya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dan hanya bagi-Nya pulalah keagungan dan kekuasaan di langit dan bumi. Dia Maha Perkasa yang tidak terkalahkan dan Maha Bijaksana yang tidak pernah salah dalam menetapkan hukum-hukum-Nya.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipang-gil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Allah berfirman), 'Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan ter-hadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.' Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih, maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmatNya (surga). Itu-lah keberuntungan yang nyata. Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan), 'Maka apakah belum ada ayat-ayatKu yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu menjadi kaum yang berbuat dosa?' Dan apabila dikatakan (kepadamu), 'Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya,' niscaya kamu menjawab, 'Kami tidak tahu apakah Hari Kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya).' Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya. Dan dikatakan (kepada mereka), 'Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidup-an dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertau-bat. Maka bagi Allah-lah segala puji, Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb semesta alam. Dan bagiNyalah keagungan di langit dan di bumi, Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Al-Jatsiyah: 27-37).
(27) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan luasnya kekuasaanNya dan Dia sendirilah yang mengatur alam ini di seluruh waktu. Allah سبحانه وتعالى kelak, ﴾ وَيَوۡمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ ﴿ "pada hari terjadinya kebangkitan," akan mengumpulkan semua makhluk di tempat pemberhentian Hari Kiamat. Orang-orang yang berbuat kebatilan akan menuai kerugian, mereka ada-lah orang-orang yang mengerjakan kebatilan dengan tujuan untuk menentang kebenaran. Semua amal perbuatan mereka adalah batil karena berkaitan dengan kebatilan sehingga pada Hari Kiamat kelak akan runtuh. Suatu hari di mana kebenaran-kebenaran akan jelas di hadapan mereka sehingga mereka pun tidak mendapatkan pahala sama sekali. Yang mereka dapatkan hanyalah siksaan yang pedih.
(28) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى melukiskan kedahsyatan serta huru-hara Hari Kiamat, agar semua hambaNya waspada dan mem-persiapkan diri untuk menghadapinya seraya berfirman, ﴾ وَتَرَىٰ ﴿ "Dan (pada hari itu) kamu lihat," wahai semua yang melihat pada hari itu ﴾ كُلَّ أُمَّةٖ جَاثِيَةٗۚ ﴿ "tiap-tiap umat berlutut," di atas lutut mereka karena merasa takut dan menanti keputusan Allah سبحانه وتعالى Yang Maha Mengua-sai dan Maha Pemurah. ﴾ كُلُّ أُمَّةٖ تُدۡعَىٰٓ إِلَىٰ كِتَٰبِهَا ﴿ "Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya," yakni, untuk menyaksikan syariat nabi mereka yang diutus oleh Allah سبحانه وتعالى, apakah mereka melaksanakan syariat itu sehingga akan mendapatkan pahala dan keselamatan, ataukah mereka menyia-nyiakan syariat tersebut se-hingga akan mendapatkan kerugian nyata? Umat Nabi Musa عليه السلام dipanggil untuk melihat syariat Nabi Musa عليه السلام, umat Nabi Isa عليه السلام juga demikian, umat Nabi Muhammad a juga demikian dan selu-ruh umat nabi lainnya. Semua umat dipanggil untuk melihat syariat yang dibebankan. Inilah salah satu kemungkinan yang terdapat dalam ayat ini yang benar secara makna dan tidak perlu diragukan.
Kemungkinan lain yang dimaksudkan Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ كُلُّ أُمَّةٖ تُدۡعَىٰٓ إِلَىٰ كِتَٰبِهَا ﴿ "Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amal-nya," yakni dipanggil untuk melihat catatan amal perbuatannya serta takdir yang digariskan untuk mereka, apakah kebaikan atau-kah keburukan. Setiap orang akan dibalas sesuai perbuatannya sendiri. Sama seperti yang disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۖ ﴿
"Barangsiapa yang berbuat kebaikan, maka (balasan kebaikan itu) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat keburukan, maka (balasan keburukan itu) akan menimpa dirinya sendiri." (Fushshilat: 46).
Kemungkinan dua makna tersebut yang dimaksudkan oleh ayat di atas.
(29) Hal ini ditunjukkan oleh Firman Allah سبحانه وتعالى,﴾ هَٰذَا كِتَٰبُنَا يَنطِقُ عَلَيۡكُم بِٱلۡحَقِّۚ ﴿ "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar." Artinya, catatan Kami ini yang Kami turunkan kepada kalian akan menghukumi di antara kalian secara benar atau adil.﴾ إِنَّا كُنَّا نَسۡتَنسِخُ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ﴿ "Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." Inilah buku catatan amal perbuatan.
(30) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى membedakan kedua golongan tersebut melalui FirmanNya, ﴾ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ﴿ "Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih," beriman dengan benar dan keimanan mereka ini dibuktikan dengan amal-amal baik yang berupa kewajiban maupun anjuran,﴾ فَيُدۡخِلُهُمۡ رَبُّهُمۡ فِي رَحۡمَتِهِۦۚ ﴿ "maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmatNya," bertempat di surga serta berbagai kenikmatan abadi dan kehidupan sempurna di dalamnya. ﴾ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡمُبِينُ ﴿ "Itulah keberuntungan yang nyata," yakni, kemenangan, keselamatan, dan keberuntungan nyata yang diperoleh hamba yang telah mendapatkan semua kebaikan dan terhindar dari segala keburukan.
(31) ﴾ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ ﴿ "Dan adapun orang-orang yang kafir," terha-dap Allah سبحانه وتعالى, maka kepada mereka dikatakan sebagai suatu celaan, ﴾ أَفَلَمۡ تَكُنۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ﴿ 'Maka apakah belum ada ayat-ayatKu yang dibaca-kan kepadamu'." Artinya, Aku telah menunjukkan kebaikan kepada kalian yang di dalamnya terdapat kebaikan kalian dan Aku telah melarang kalian dari hal-hal yang dapat memudaratkan kalian. Itulah nikmat terbesar yang sampai pada kalian andai saja kalian memahaminya. Hanya saja kalian bersikap angkuh, berpaling serta kufur terhadap ayat-ayat tersebut sehingga Aku pun membalas kalian dengan hukuman setimpal. Pada hari inilah kalian akan di-balas berdasarkan perbuatan yang telah kalian lakukan.
(32) Mereka juga dicela melalui Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞ وَٱلسَّاعَةُ لَا رَيۡبَ فِيهَا قُلۡتُم ﴿ "Dan apabila dikatakan (kepadamu), 'Sesungguh-nya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya,' niscaya kamu menjawab'," seraya memungkiri hal itu, ﴾ مَّا نَدۡرِي مَا ٱلسَّاعَةُ إِن نَّظُنُّ إِلَّا ظَنّٗا وَمَا نَحۡنُ بِمُسۡتَيۡقِنِينَ ﴿ "Kami tidak tahu apakah Hari Kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)." Inilah kondisi mereka di dalam dunia serta pengingkaran mereka terhadap hari kebangkitan serta mereka pun membantah perkataan rasul yang menjelaskan Hari Akhir tersebut.
(33) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَبَدَا لَهُمۡ سَيِّـَٔاتُ مَا عَمِلُواْ ﴿ "Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan." Artinya, balasan perbuatan-perbuatam mereka pun nampak pada Hari Kiamat, ﴾ وَحَاقَ بِهِم ﴿ "dan mereka diliputi," yakni, akan t u r u n ﴾ مَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ﴿ "(azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya." Artinya, mereka akan ditimpa azab yang mereka olok-olok sewaktu di dunia.
(34) ﴾ وَقِيلَ ٱلۡيَوۡمَ نَنسَىٰكُمۡ ﴿ "Dan dikatakan (kepada mereka), 'Pada hari ini Kami melupakan kamu'," yakni, Kami membiarkan kalian di-siksa, ﴾ كَمَا نَسِيتُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَا ﴿ "sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini," karena balasan itu disesuaikan dengan amal, ﴾ وَمَأۡوَىٰكُمُ ٱلنَّارُ ﴿ "dan tempat kembalimu ialah neraka." Artinya, itulah tempat kalian dan juga tempat kembali kalian, ﴾ وَمَا لَكُم مِّن نَّٰصِرِينَ ﴿ "dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong," yang akan menolong ka-lian dari siksaan Allah سبحانه وتعالى dan menolak siksaan tersebut dari kalian.
(35) ﴾ ذَٰلِكُم ﴿ "Yang demikian itu," yakni, azab yang menimpa kalian itu adalah disebabkan oleh, ﴾ بِأَنَّكُمُ ٱتَّخَذۡتُمۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ هُزُوٗا ﴿ "karena sesung-guhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan," padahal sebenarnya ayat-ayat tersebut adalah serius dan diterima dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan. ﴾ وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَاۚ ﴿ "Dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia," dengan berbagai perhiasan, kele-zatan serta kenikmatan dunia sehingga kalian merasa tenang dan bekerja hanya untuk dunia, sementara itu kalian meninggalkan usaha dan amal untuk kehidupan akhirat. ﴾ فَٱلۡيَوۡمَ لَا يُخۡرَجُونَ مِنۡهَا وَلَا هُمۡ يُسۡتَعۡتَبُونَ ﴿ "Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan (untuk bertaubat)," yakni, mereka tidak diberi kesempatan untuk kembali ke dunia dan berbuat kebajikan.
(36) ﴾ فَلِلَّهِ ٱلۡحَمۡدُ ﴿ "Maka bagi Allah-lah segala puji," sesuai dengan keagungan WajahNya dan keagungan kekuasaanNya ﴾ رَبِّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَرَبِّ ٱلۡأَرۡضِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb semesta alam." Artinya, segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى semata atas rububiyahNya pada seluruh makhluk, karena Allah سبحانه وتعالى telah menciptakan, mengatur dan mem-beri mereka berbagai nikmat, baik yang nampak maupun tidak.
(37) ﴾ وَلَهُ ٱلۡكِبۡرِيَآءُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "Dan bagiNya-lah keagungan di langit dan di bumi." Artinya, hanya milikNya keluhuran, keagungan, dan pujian. Pujian mencakup sanjungan untuk Allah سبحانه وتعالى karena sifat-sifatNya yang sempurna, kecintaan, kemuliaan dan keagunganNya yang mencakup kebesaran dan keagunganNya. Ibadah dibangun diatas dua rukun; rasa cinta kepada Allah سبحانه وتعالى dan tunduk padaNya. Keduanya berasal dari pengetahuan tentang pujian, keluhuran dan kebesaran Allah سبحانه وتعالى.
﴾ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "Dia-lah Yang Mahaperkasa" atas segala sesuatu, ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "lagi Mahabijaksana," yakni meletakkan segala sesuatu pada tempatnya masing-masing. Allah سبحانه وتعالى tidak mensyariatkan se-suatu melainkan berdasarkan hikmah dan kemaslahatan dan tidak menciptakan sesuatu kecuali untuk suatu manfaat.
Selesai tafsir Surat al-Jatsiyah, segala puji, nikmat, dan karunia hanya bagi Allah سبحانه وتعالى semata.