Al-Ma'idah Ayat 63
لَوْلَا يَنْهٰىهُمُ الرَّبَّانِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْاِثْمَ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ ( المائدة: ٦٣ )
Lawlā Yanhāhum Ar-Rabbānīyūna Wa Al-'Aĥbāru `An Qawlihim Al-'Ithma Wa 'Aklihim As-Suĥta Labi'sa Mā Kānū Yaşna`ūna. (al-Māʾidah 5:63)
Artinya:
Mengapa para ulama dan para pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat. (QS. [5] Al-Ma'idah : 63)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Di antara sebab dari perbuatan buruk yang dilakukan orang-orang Yahudi itu adalah karena mereka tidak mendapat peringatan dari pendetanya. Karena itu muncul pertanyaan mengapa para ulama Yahudi dan para pendeta mereka, setelah mengetahui perilaku masyarakat, tidak melarang mereka yang sering mengucapkan perkataan bohong dan terbiasa memakan yang haram? Bila terus dibiarkan, sungguh, hal itu merupakan kebiasaan yang sangat buruk dan apa yang mereka perbuat merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
. Ayat ini menyatakan celaan yang maksudnya sebagai berikut: Mengapa orang-orang alim dan pendeta-pendeta Yahudi tidak mau melarang umatnya berbohong dan makan harta yang haram?
Ibnu Abbas menceritakan bahwa tidak ada di dalam Al-Qur'an celaan yang lebih keras dari ayat ini terhadap para ulama yang melalaikan tugas mereka dalam menyampaikan dakwah tentang larangan-larangan dan kejahatan-kejahatan. Para ulama tafsir mengatakan bahwa ayat ini bukanlah sekedar menceritakan cercaan Allah kepada para pendeta Yahudi yang tidak menunjuki jalan yang baik bagi orang-orang Yahudi yang berbuat fasik, tetapi yang lebih penting dari itu yang harus kita sadari ialah bahwa orang yahudi melarang para ulama Islam menyampaikan dakwah terutama menganjurkan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang jelek.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.
Yakni mengapa para penguasa dan pendeta-pendeta mereka tidak mau melarang mereka melakukan hal tersebut. Yang dimaksud dengan rabbaniyyun ialah para penguasa yang juga orang alim mereka, sedangkan yang dimaksud dengan pendeta adalah para ulama saja.
Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.
Yaitu karena para penguasa dan para pendeta itu tidak mau melarang para pengikut mereka dari hal tersebut.
Demikianlah menurut penafsiran Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa dikatakan demikian kepada mereka di saat mereka tidak melakukan nahi munkar dan di saat mereka mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Abdur Rahman ibnu Zaid melanjutkan perkataannya, bahwa memang kenyataannya demikian, mereka mengerjakan hal-hal yang diharamkan, padahal mereka mengetahui bahwa itu diharamkan. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Atiyyah, telah menceritakan kepada kami Qais, dari Al-Ala ibnul Musayyab, dari Khalid ibnu Dinar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dalam Al-Qur'an tiada suatu ayat pun yang sangat keras celaannya selain dari ayat ini, yaitu firman-Nya: Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bahaya dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.
Demikianlah menurut qiraah yang diutarakan oleh Ibnu Abbas, kata Ibnu Jarir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dhahhak, "Tiada suatu ayat pun dalam Al-Qur'an yang lebih aku takuti daripada ayat ini, yaitu bila kami tidak melakukan nahi munkar." Demikianlah menurut Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan —demikian pula Yunus ibnu Habib— bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim ibnu Abul Waddah, telah menceritakan kepada kami Sabit ibnu Sa'id Al-Hamdani, bahwa ia pernah menjumpainya di Ar-Ray, lalu ia menceritakan sebuah asar dari Yahya ibnu Ya'mur yang menceritakan bahwa Ali ibnu Abu Talib berkhotbah. Untuk itu, ia memulainya dengan mengucapkan puja dan puji kepada Allah Swt, kemudian berkata, "Hai manusia, sesungguhnya telah binasa umat sebelum kalian hanyalah karena mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat dan para pendeta serta para penguasa mereka tidak melarangnya. Setelah mereka berkepanjangan dalam perbuatan-perbuatan maksiat, maka siksaan datang menimpa mereka. Karena itu, ber-amar maruf-lah kalian dan ber-nahi munkar-lah kalian, sebelum azab yang pernah menimpa mereka menimpa kalian. Dan perlu kalian ketahui bahwa melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar itu tidak akan memutuskan rezeki dan tidak akan menyegerakan ajal."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Abu Ishaq, dari Al-Munzir ibnu Jarir, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak sekali-kali suatu kaum yang di hadapan mereka terdapat orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan durhaka, padahal mereka lebih kuat dan lebih perkasa daripada dia, lalu mereka tidak mencegahnya, kecuali Allah menimpakan azab kepada mereka karena ulah orang itu.
Hadis tersebut bila ditinjau dari segi ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
Abu Daud meriwayatkannya dari Musaddad, dari Abul Ahwas, dari Abu Ishaq, dari Al-Munzir ibnu Jarir, dari Jarir yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tiada seorang pun dalam suatu kaum mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan mereka berkemampuan untuk mencegahnya, lalu mereka tidak mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan kepada mereka suatu siksaan sebelum mereka mati.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Ali ibnu Muhammad, dari Waki’ dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Ubaidillah ibnu Jarir, dari ayahnya dengan lafaz yang sama
Al-Hafiz Al-Mazzi mengatakan bahwa hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah, dari Abu Ishaq, dengan lafaz yang sama.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kenapa orang-orang alim dan para pendeta mereka tak melarang mereka mengucapkan dosa) artinya kata-kata dusta (dan memakan barang yang haram? Sungguh, amat buruklah apa yang mereka perbuat itu) yaitu tidak melarang mereka berbuat kejahatan.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mengapa ulama-ulama dan pendeta-pendeta mereka tidak melarang mengucapkan perkataan bohong dan memakan harta yang haram? Sungguh buruk perbuatan mereka yang berupa meninggalkan amar makruf nahi munkar (al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar).
6 Tafsir as-Saadi
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturun-kan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?' Katakanlah, 'Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadi-kan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?' Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus? Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepada-mu, mereka mengatakan, 'Kami telah beriman,' padahal mereka datang kepadamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (dari kamu) dengan kekafirannya (pula) dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan? Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, per-musuhan, dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka meng-ucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguh-nya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan itu." (Al-Ma`idah: 59-63).
(59) Maksudnya, ﴾ قُلۡ ﴿ "katakanlah" wahai Rasul, ﴾ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ ﴿ "Hai Ahli Kitab," dengan menegaskan kepada mereka bahwa agama Islam adalah agama yang benar dan bahwa pelecehan mereka kepadanya adalah pelecehan terhadap agama yang semestinya di-sanjung. ﴾ هَلۡ تَنقِمُونَ مِنَّآ إِلَّآ أَنۡ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلُ وَأَنَّ أَكۡثَرَكُمۡ فَٰسِقُونَ ﴿ "Apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturun-kan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?" Artinya, apakah kami mempunyai kesalahan kecuali iman kami kepada Allah, kitab-kitabNya yang terdahulu dan yang sekarang dan kepada nabi-nabiNya yang terdahulu dan yang sekarang? Dan bahwa kami meyakini bahwa barangsiapa yang tidak beriman dengan iman seperti ini, maka dia adalah kafir lagi fasik? Apakah kamu memandang kami salah hanya karena kami melakukan kewajiban yang paling wajib atas para mukallaf? Padahal mayoritas dari kalian adalah ﴾ فَٰسِقُونَ ﴿ "orang-orang fasik," yakni keluar dari ketaatan kepada Allah, berani melakukan kemak-siatan? Maka kamu lebih baik diam wahai orang fasik. Seandainya kamu mencela kami sementara kamu sendiri selamat dari kefasikan -dan itu tidak mungkin- niscaya keburukannya lebih ringan dari-pada kamu mencela kami sementara kamu adalah fasik.
(60) Karena celaan mereka terhadap orang-orang Mukmin menunjukkan bahwa orang-orang Mukmin itu di atas keburukan, maka Allah berfirman, ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah" kepada mereka dengan menyampaikan buruknya apa yang mereka lakukan, ﴾ هَلۡ أُنَبِّئُكُم بِشَرّٖ مِّن ذَٰلِكَ ﴿ "Apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang yang lebih buruk dari itu," yakni, (yang lebih buruk dari) apa yang kamu menyalah-kan kami karenanya, itu pun kalau kami menurutimu.
﴾ مَن لَّعَنَهُ ٱللَّهُ ﴿ "Orang yang dikutuk oleh Allah," maksudnya, yang dijauhkanNya dari rahmatNya, ﴾ وَغَضِبَ عَلَيۡهِ ﴿ "dan dimurkai olehNya," serta Dia mengazabnya di dunia dan akhirat, ﴾ وَجَعَلَ مِنۡهُمُ ٱلۡقِرَدَةَ وَٱلۡخَنَازِيرَ ﴿ "dan di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi," dan ada orang ﴾ وَعَبَدَ ٱلطَّٰغُوتَۚ ﴿ "yang menyembah thaghut," yaitu setan, dan semua yang disembah selain Allah adalah thaghut.
﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itu," yakni orang-orang yang memiliki sifat-sifat buruk ini, ﴾ شَرّٞ مَّكَانٗا ﴿ "lebih buruk tempatnya," daripada orang-orang Mukmin, yang mana rahmat Allah dekat dengan mereka dan Dia meridhai mereka dan memberi pahala kepada mereka di dunia dan di akhirat karena mereka mengikhlaskan Agama untuk-Nya. Ini adalah termasuk penggunaan kata perbandingan yang bukan pada tempatnya,[57] dan begitu pula FirmanNya, ﴾ وَأَضَلُّ عَن سَوَآءِ ٱلسَّبِيلِ ﴿ "Dan lebih tersesat dari jalan yang lurus," yakni lebih jauh dari jalan yang benar.
(61) ﴾ وَإِذَا جَآءُوكُمۡ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا ﴿ "Dan apabila mereka (orang-orang Yahudi dan munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan, 'Kami telah beriman'," karena kemunafikan dan tipu daya. ﴾ و َ ﴿ "Dan" mereka ﴾ قَدۡ دَّخَلُواْ ﴿ "telah datang kepadamu," dengan membawa kekufuran, ﴾ وَهُمۡ قَدۡ خَرَجُواْ بِهِۦۚ ﴿ "dan mereka telah pergi dengan kekafiran pula," maka keluar masuknya mereka adalah dengan kekufuran, sementara mereka mengklaim beriman. Apakah ada yang lebih buruk dan lebih jelek keadaannya daripada mereka?
﴾ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا كَانُواْ يَكۡتُمُونَ ﴿ " Allah lebih mengetahui apa yang mereka sem-bunyikan," lalu membalas amal dan keburukan mereka.
(62) Kemudian Allah meneruskan menyebutkan aib-aib mereka untuk membalas celaan mereka kepada hamba-hambaNya yang beriman, Dia berfirman, ﴾ وَتَرَىٰ كَثِيرٗا مِّنۡهُمۡ ﴿ "Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka," yakni orang-orang Yahudi, ﴾ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ ﴿ "bersegera membuat dosa dan permusuhan," yakni mereka berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh melakukan kemaksiatan yang terkait dengan hak Allah dan permusuhan kepada para makhluk, ﴾ وَأَكۡلِهِمُ ٱلسُّحۡتَۚ ﴿ "dan memakan yang haram." Tidak hanya sebatas pem-beritahuan bahwa mereka melakukan itu, lebih dari itu, mereka bersegera (berlomba-lomba). Ini adalah bukti kejahatan dan kebu-rukan mereka dan kecintaan kepada kemaksiatan dan kezhaliman telah terpatri di dada mereka. Walaupun demikian mereka berani mengklaim derajat-derajat mulia. ﴾ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴿ "Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka kerjakan itu." Ini adalah celaan dan hinaan yang mendalam kepada mereka.
(63) ﴾ لَوۡلَا يَنۡهَىٰهُمُ ٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلۡأَحۡبَارُ عَن قَوۡلِهِمُ ٱلۡإِثۡمَ وَأَكۡلِهِمُ ٱلسُّحۡتَۚ ﴿ "Mengapa orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?" Maksud-nya, mengapa para ulama (mereka) yang semestinya memberi manfaat kepada manusia, di mana Allah telah memberi mereka ilmu dan hikmah, tidak melarang mereka berbuat kemaksiatan agar kebodohan yang ada pada mereka terkikis dan sehingga hujjah Allah tegak atas mereka? Para ulama memiliki kewajiban meme-rintahkan dan melarang manusia, menjelaskan kepada mereka jalan yang syar'i, mendorong mereka kepada kebaikan dan mem-peringatkan mereka dari keburukan. ﴾ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ ﴿ "Sesung-guhnya amat buruk apa yang mereka kerjakan."