Al-Qamar Ayat 5
حِكْمَةٌ ۢ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُۙ ( القمر: ٥ )
Ĥikmatun Bālighatun Famā Tughni An-Nudhuru. (al-Q̈amar 54:5)
Artinya:
(itulah) suatu hikmah yang sempurna, tetapi peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka), (QS. [54] Al-Qamar : 5)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Wahai Nabi Muhammad, peristiwa-peristiwa yang engkau sam-paikan kepada umatmu adalah hikmah, yaitu ilmu amaliah dan amal ilmiah, yang sempurna kebenaran dan kejelasannya. Tetapi, sesungguhnya peringatan-peringatan itu tidak berguna bagi mereka.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kisah tersebut mengandung hikmah yang sangat tinggi nilainya dalam memberi petunjuk bagi manusia kepada jalan yang benar, tetapi hikmah dan peringatan yang terkandung dalam kisahkisah itu tidak berguna lagi bagi mereka karena hati nurani mereka telah terkunci mati. Firman Allah:
Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (Yunus/10: 101)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
itulah suatu hikmah yang sempurna. (Al-Qamar: 5)
Yakni untuk menyatakan mengapa Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia beri petunjuk, dan mengapa Dia menyesatkan orang yang Dia sesatkan.
maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5)
Artinya, tiada gunanya lagi peringatan-peringatan itu bagi orang yang telah ditakdirkan celaka oleh Allah dan hatinya telah dikunci mati, lalu siapakah lagi yang dapat memberinya petunjuk selain dari Allah? Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Katakanlah, "Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.”(Al-An'am: 149)
Juga seperti firman Allah Swt.:
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: 101)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Itulah suatu hikmah) merupakan Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan, atau menjadi Badal dari lafal Maa, atau dari lafal Muzdajir (yang sempurna) maksudnya, hikmah yang lengkap (tetapi tiada berguna) tidak ada gunanya bagi mereka (peringatan-peringatan itu) lafal An Nudzur adalah bentuk jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun, yakni hal-hal yang dijadikan peringatan buat mereka. Lafal Maa boleh dikatakan sebagai huruf Nafi atau Istifham Inkari; jika dianggap sebagai Istifham Inkari berarti kedudukannya sebagai Maf'ul Muqaddam.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Yang datang kepada mereka itu merupakan hikmah yang amat besar. Tetapi apalah gunanya peringatan- peringatan itu bagi orang yang tidak mau menerimanya?
6 Tafsir as-Saadi
"Telah dekat (datangnya) saat itu dan bulan telah terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, '(Ini adalah) sihir yang terus menerus.' Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapan-nya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran), itulah suatu hikmat yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka)." (Al-Qamar: 1-5).
Makkiyah
(1) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa kiamat telah dekat. Tanda-tandanya telah muncul dan waktu kedatangannya telah tiba. Meski demikian, mereka, orang-orang yang mendustakan itu, tetap saja mendustakan kiamat dan tidak mempersiapkan diri menghadapi kedatangannya. Allah سبحانه وتعالى mengabarkan kepada mereka berbagai tanda-tanda kebesaran yang menunjukkan kiamat pasti terjadi, yang tidak dipercayai oleh manusia.
Di antara tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى yang paling besar yang menunjukkan kebenaran risalah Muhammad bin Abdullah a adalah, ketika ia diminta oleh orang-orang yang mendustakannya untuk menunjukkan hal-hal luar biasa pada mereka yang menun-jukkan benarnya risalah yang dibawa beliau. Rasulullah a menunjuk ke arah rembulan kemudian atas izin Allah سبحانه وتعالى bulan itu terbelah menjadi dua bagian. Orang-orang musyrik dan lainnya menyaksi-kan tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى yang terdapat di alam atas yang tidak bisa dibayangkan oleh manusia itu. Mereka pun menyaksi-kan sesuatu yang tidak ada tandingannya, lebih dari itu mereka pun tidak pernah mendengar kejadian tersebut pernah dialami oleh salah seorang rasul sebelumnya. Mereka pun terperanjat karena pe-ristiwa itu, namun tetap saja keimanan tidak masuk ke dalam hati mereka dan Allah سبحانه وتعالى tidak menghendaki kebaikan pada mereka. Mereka terperanjat karena kedustaan dan perbuatan melampaui batas mereka sendiri. Mereka mengatakan bahwa Muhammad me-nyihir mereka. Namun kebenaran tanda-tanda dari kejadian besar itu adalah kalian menanyakan orang-orang yang datang pada kalian, andai Muhammad bin Abdullah mampu menyihir kalian, tentu tidak mampu menyihir orang yang tidak menyaksikan peristiwa itu seperti halnya kalian. Mereka bertanya pada setiap kaum yang datang, mereka memberitahukan kejadian besar itu, mereka ber-kata, itu adalah ﴾ سِحۡرٞ مُّسۡتَمِرّٞ ﴿ "sihir yang terus menerus," Muhammad telah menyihir kami dan menyihir yang lainnya. Inilah kedustaan yang tidak akan disebarkan kecuali oleh manusia paling bodoh dan paling sesat dari petunjuk dan akal.
(2) Ini bukanlah satu-satunya pengingkaran mereka terha-dap tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى, semua tanda-tanda kebesaran yang datang pada mereka, mereka selalu siap untuk mendustakan dan menolaknya, karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَإِن يَرَوۡاْ ءَايَةٗ يُعۡرِضُواْ ﴿ "Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (muk-jizat), mereka berpaling," tidak disebutkan dhamir yang kembali pada terbelahnya bulan, karena dalam ayat ini Allah سبحانه وتعالى tidak berfirman, "Jika mereka melihat terbelahnya bulan," namun, ﴾ وَإِن يَرَوۡاْ ءَايَةٗ يُعۡرِضُواْ ﴿ "Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling," karena niat mereka bukanlah untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk tapi mengikuti hawa nafsu.
(3) Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَكَذَّبُواْ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُمۡۚ ﴿ "Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka," seperti yang disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ فَإِن لَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكَ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهۡوَآءَهُمۡۚ ﴿
"Maka jika mereka tidak menerima (seruan)mu, maka ketahuilah sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka." (Al-Qashash: 55).
Sebab andai saja mereka berniat untuk mengikuti petunjuk, tentu mereka pasti beriman dan mengikuti Nabi Muhammad a, karena Allah سبحانه وتعالى memperlihatkan berbagai bukti nyata dan hujjah tegas melalui tangan beliau a yang menunjukkan seluruh tuntutan ilahiah dan maksud syariat. ﴾ وَكُلُّ أَمۡرٖ مُّسۡتَقِرّٞ ﴿ "Sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya," artinya, hingga kini masalah itu belum sampai pada ambang batasnya dan akan tetap berjalan hingga pada batas akhir. Orang-orang yang membenarkan akan berada di surga yang penuh kenikmatan dan ampunan serta ridha Allah سبحانه وتعالى,, sedangkan orang yang mendustakan akan jungkir balik berada dalam kemurkaan dan azab Allah سبحانه وتعالى kekal selama-lamanya.
(4) Allah سبحانه وتعالى berfirman, menjelaskan bahwa mereka itu tidak memiliki i'tikad baik dan niat untuk mengikuti petunjuk.﴾ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّنَ ٱلۡأَنۢبَآءِ ﴿ "Dan sungguh telah datang kepada mereka beberapa kisah," yaitu berita-berita sebelumnya dan yang akan datang serta berbagai mukjizat nyata, ﴾ مَا فِيهِ مُزۡدَجَرٌ ﴿ "yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran)," artinya, sesuatu yang dapat mencegah mereka dari ke-sesatan.
(5) Itulah ﴾ حِكۡمَةُۢ ﴿ "suatu hikmah," dari Allah سبحانه وتعالى yang ﴾ بَٰلِغَةٞۖ ﴿ "sempurna," agar hujjah tegak untuk seluruh alam sehingga tidak seorang pun memiliki alasan kepada Allah سبحانه وتعالى setelah diutus-nya para rasul. ﴾ فَمَا تُغۡنِ ٱلنُّذُرُ ﴿ "Maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka)." Seperti yang disebut dalam Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ وَلَوۡ جَآءَتۡهُمۡ كُلُّ ءَايَةٍ حَتَّىٰ يَرَوُاْ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَلِيمَ 97 ﴿
"Dan andai seluruh tanda-tanda kebesaran (Allah) datang pada mereka, tentu mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." (Yunus: 97).