Skip to main content

فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ   ( القصص: ٢١ )

fakharaja
فَخَرَجَ
maka dia keluar
min'hā
مِنْهَا
dari padanya (kota itu)
khāifan
خَآئِفًا
dengan rasa takut
yataraqqabu
يَتَرَقَّبُۖ
dia menunggu-nunggu
qāla
قَالَ
dia berkata (berdo'a)
rabbi
رَبِّ
ya Tuhanku
najjinī
نَجِّنِى
selamatkanlah aku
mina
مِنَ
dari
l-qawmi
ٱلْقَوْمِ
kaum
l-ẓālimīna
ٱلظَّٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim

Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.”

Tafsir

وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاۤءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يَّهْدِيَنِيْ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ   ( القصص: ٢٢ )

walammā
وَلَمَّا
dan tatkala
tawajjaha
تَوَجَّهَ
dia menghadap/menuju
til'qāa
تِلْقَآءَ
arah/jurusan
madyana
مَدْيَنَ
Madyan
qāla
قَالَ
dia berkata (berdo'a)
ʿasā
عَسَىٰ
mudah-mudahan
rabbī
رَبِّىٓ
Tuhanku
an
أَن
bahwa
yahdiyanī
يَهْدِيَنِى
Dia memberi petunjuk kepadaku
sawāa
سَوَآءَ
harus/benar
l-sabīli
ٱلسَّبِيلِ
jalan

Dan ketika dia menuju ke arah negeri Madyan dia berdoa lagi, “Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar.”

Tafsir

وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُوْنَ ەۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَتَيْنِ تَذُوْدٰنِۚ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۗقَالَتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَاۤءُ وَاَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ  ( القصص: ٢٣ )

walammā
وَلَمَّا
dan tatkala
warada
وَرَدَ
dia sampai
māa
مَآءَ
air
madyana
مَدْيَنَ
negeri Madyan
wajada
وَجَدَ
dia menjumpai
ʿalayhi
عَلَيْهِ
atasnya
ummatan
أُمَّةً
suatu ummat (sekumpulan)
mina
مِّنَ
dari
l-nāsi
ٱلنَّاسِ
manusia (orang)
yasqūna
يَسْقُونَ
mereka memberi minum
wawajada
وَوَجَدَ
dan dia menjumpai
min
مِن
dari
dūnihimu
دُونِهِمُ
selain mereka
im'ra-atayni
ٱمْرَأَتَيْنِ
dua orang wanita
tadhūdāni
تَذُودَانِۖ
keduanya menghambat/menahan
qāla
قَالَ
(Musa) berkata
مَا
apa
khaṭbukumā
خَطْبُكُمَاۖ
maksud kamu berdua
qālatā
قَالَتَا
keduanya berkata (menjawab)
لَا
tidak
nasqī
نَسْقِى
kami dapat memberi minum
ḥattā
حَتَّىٰ
sehingga
yuṣ'dira
يُصْدِرَ
menghalau
l-riʿāu
ٱلرِّعَآءُۖ
penggembala-penggembala
wa-abūnā
وَأَبُونَا
dan bapak kami
shaykhun
شَيْخٌ
lanjut usia
kabīrun
كَبِيرٌ
besar/tua

Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat (ternaknya). Dia (Musa) berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.”

Tafsir

فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰىٓ اِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ   ( القصص: ٢٤ )

fasaqā
فَسَقَىٰ
maka (Musa) memberi minum
lahumā
لَهُمَا
kepada keduanya
thumma
ثُمَّ
kemudian
tawallā
تَوَلَّىٰٓ
dia berpaling/kembali
ilā
إِلَى
kepada/ke
l-ẓili
ٱلظِّلِّ
tempat yang teduh
faqāla
فَقَالَ
lalu dia berkata/berdo'a
rabbi
رَبِّ
ya Tuhanku
innī
إِنِّى
sesungguhnya aku
limā
لِمَآ
terhadap apa
anzalta
أَنزَلْتَ
Engkau turunkan
ilayya
إِلَىَّ
kepadaku
min
مِنْ
dari
khayrin
خَيْرٍ
kebaikan
faqīrun
فَقِيرٌ
sangat memerlukan

Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.”

Tafsir

فَجَاۤءَتْهُ اِحْدٰىهُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَاۤءٍ ۖقَالَتْ اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَاۗ فَلَمَّا جَاۤءَهٗ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَۙ قَالَ لَا تَخَفْۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ   ( القصص: ٢٥ )

fajāathu
فَجَآءَتْهُ
maka datanglah kepadanya (Musa)
iḥ'dāhumā
إِحْدَىٰهُمَا
salah seorang dari keduanya
tamshī
تَمْشِى
ia berjalan
ʿalā
عَلَى
atas/dengan
is'tiḥ'yāin
ٱسْتِحْيَآءٍ
kemalu-maluan
qālat
قَالَتْ
ia berkata
inna
إِنَّ
sesungguhnya
abī
أَبِى
bapakku
yadʿūka
يَدْعُوكَ
memanggil kamu
liyajziyaka
لِيَجْزِيَكَ
untuk memberi balasan kepadamu
ajra
أَجْرَ
upah
مَا
apa
saqayta
سَقَيْتَ
yang kamu memberi minum
lanā
لَنَاۚ
untuk kami
falammā
فَلَمَّا
maka tatkala
jāahu
جَآءَهُۥ
(Musa) datang kepadanya
waqaṣṣa
وَقَصَّ
dan dia menceriterakan
ʿalayhi
عَلَيْهِ
atasnya/kepadanya
l-qaṣaṣa
ٱلْقَصَصَ
cerita
qāla
قَالَ
(Syu'aib) berkata
لَا
jangan
takhaf
تَخَفْۖ
kamu takut
najawta
نَجَوْتَ
kamu telah selamat
mina
مِنَ
dari
l-qawmi
ٱلْقَوْمِ
kaum
l-ẓālimīna
ٱلظَّٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Ketika (Musa) mendatangi ayahnya dan dia menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.”

Tafsir

قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ   ( القصص: ٢٦ )

qālat
قَالَتْ
berkata
iḥ'dāhumā
إِحْدَىٰهُمَا
salah seorang dari keduanya
yāabati
يَٰٓأَبَتِ
wahai ayahku
is'tajir'hu
ٱسْتَـْٔجِرْهُۖ
ambillah upahan dia (sebagai buruh)
inna
إِنَّ
sesungguhnya
khayra
خَيْرَ
lebih baik
mani
مَنِ
orang
is'tajarta
ٱسْتَـْٔجَرْتَ
engkau ambil upahan (sebagai buruh)
l-qawiyu
ٱلْقَوِىُّ
yang kuat
l-amīnu
ٱلْأَمِينُ
dapat dipercaya

Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”

Tafsir

قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ   ( القصص: ٢٧ )

qāla
قَالَ
(Syu'aib) berkata
innī
إِنِّىٓ
sesungguhnya aku
urīdu
أُرِيدُ
aku bermaksud
an
أَنْ
untuk
unkiḥaka
أُنكِحَكَ
aku menikahkan kamu
iḥ'dā
إِحْدَى
salah seorang
ib'natayya
ٱبْنَتَىَّ
kedua anak perempuanku
hātayni
هَٰتَيْنِ
ini
ʿalā
عَلَىٰٓ
atas
an
أَن
bahwa
tajuranī
تَأْجُرَنِى
kamu mengambil upah/bekerja padaku
thamāniya
ثَمَٰنِىَ
delapan
ḥijajin
حِجَجٍۖ
tahun
fa-in
فَإِنْ
maka jika
atmamta
أَتْمَمْتَ
kamu sempurnakan
ʿashran
عَشْرًا
sepuluh
famin
فَمِنْ
maka itu dari
ʿindika
عِندِكَۖ
sisimu/kemauanmu
wamā
وَمَآ
dan aku tidak
urīdu
أُرِيدُ
bermaksud
an
أَنْ
bahwa
ashuqqa
أَشُقَّ
aku memberatkan
ʿalayka
عَلَيْكَۚ
atasmu
satajidunī
سَتَجِدُنِىٓ
kamu akan mendapatiku
in
إِن
jika
shāa
شَآءَ
menghendaki
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
mina
مِنَ
dari/termasuk
l-ṣāliḥīna
ٱلصَّٰلِحِينَ
orang-orang yang saleh/baik

Dia (Syekh Madyan) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik.”

Tafsir

قَالَ ذٰلِكَ بَيْنِيْ وَبَيْنَكَۗ اَيَّمَا الْاَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّۗ وَاللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ ࣖ  ( القصص: ٢٨ )

qāla
قَالَ
(Musa) berkata
dhālika
ذَٰلِكَ
demikian itulah
baynī
بَيْنِى
antara aku
wabaynaka
وَبَيْنَكَۖ
dan antara kamu
ayyamā
أَيَّمَا
yang mana saja
l-ajalayni
ٱلْأَجَلَيْنِ
dua waktu
qaḍaytu
قَضَيْتُ
aku sempurnakan
falā
فَلَا
maka tidak ada
ʿud'wāna
عُدْوَٰنَ
permusuhan/tuntutan
ʿalayya
عَلَىَّۖ
atasku
wal-lahu
وَٱللَّهُ
dan Allah
ʿalā
عَلَىٰ
atas
مَا
apa yang
naqūlu
نَقُولُ
kita katakan/ucapkan
wakīlun
وَكِيلٌ
penjaga/menjadi saksi

Dia (Musa) berkata, “Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan (tambahan) atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.”

Tafsir

۞ فَلَمَّا قَضٰى مُوْسَى الْاَجَلَ وَسَارَ بِاَهْلِهٖٓ اٰنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّوْرِ نَارًاۗ قَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْٓ اٰنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِخَبَرٍ اَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُوْنَ  ( القصص: ٢٩ )

falammā
فَلَمَّا
maka tatkala
qaḍā
قَضَىٰ
telah menyempurnakan
mūsā
مُوسَى
Musa
l-ajala
ٱلْأَجَلَ
waktu
wasāra
وَسَارَ
dia berjalan dimalam hari
bi-ahlihi
بِأَهْلِهِۦٓ
dengan keluarganya
ānasa
ءَانَسَ
dia melihat
min
مِن
dari
jānibi
جَانِبِ
sebelah
l-ṭūri
ٱلطُّورِ
gunung Thur
nāran
نَارًا
api
qāla
قَالَ
dia berkata
li-ahlihi
لِأَهْلِهِ
kepada keluarganya
um'kuthū
ٱمْكُثُوٓا۟
tinggallah/diamlah kamu
innī
إِنِّىٓ
sesungguhnya aku
ānastu
ءَانَسْتُ
aku telah melihat
nāran
نَارًا
api
laʿallī
لَّعَلِّىٓ
mudah-mudahan aku
ātīkum
ءَاتِيكُم
aku datang/membawa kepadamu
min'hā
مِّنْهَا
dari padanya
bikhabarin
بِخَبَرٍ
dengan berita
aw
أَوْ
atau
jadhwatin
جَذْوَةٍ
bara/nyala
mina
مِّنَ
dari
l-nāri
ٱلنَّارِ
api
laʿallakum
لَعَلَّكُمْ
agar kalian
taṣṭalūna
تَصْطَلُونَ
kamu memanaskan badan

Maka ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan.”

Tafsir

فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْاَيْمَنِ فِى الْبُقْعَةِ الْمُبٰرَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ اَنْ يّٰمُوْسٰٓى اِنِّيْٓ اَنَا اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ  ( القصص: ٣٠ )

falammā
فَلَمَّآ
maka tatkala
atāhā
أَتَىٰهَا
dia mendatanginya/api
nūdiya
نُودِىَ
dia dipanggil
min
مِن
dari
shāṭi-i
شَٰطِئِ
pinggir
l-wādi
ٱلْوَادِ
lembah
l-aymani
ٱلْأَيْمَنِ
sebelah kanan
فِى
di
l-buq'ʿati
ٱلْبُقْعَةِ
tempat
l-mubārakati
ٱلْمُبَٰرَكَةِ
yang diberkati
mina
مِنَ
dari
l-shajarati
ٱلشَّجَرَةِ
pohon kayu
an
أَن
bahwa
yāmūsā
يَٰمُوسَىٰٓ
wahai musa
innī
إِنِّىٓ
sesungguhnya Aku
anā
أَنَا
Aku
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
rabbu
رَبُّ
Tuhan
l-ʿālamīna
ٱلْعَٰلَمِينَ
semesta alam

Maka ketika dia (Musa) sampai ke (tempat) api itu, dia diseru dari (arah) pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon, di sebidang tanah yang diberkahi, “Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Allah, Tuhan seluruh alam!

Tafsir