Kulū Min Ţayyibāti Mā Razaqnākum Wa Lā Taţghaw Fīhi Fayaĥilla `Alaykum Ghađabī Wa Man Yaĥlil `Alayhi Ghađabī Faqad Hawaá.
Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh, binasalah dia.
Wa 'Innī Laghaffārun Liman Tāba Wa 'Āmana Wa `Amila Şāliĥāan Thumma Ahtadaá.
Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.
Wa Mā 'A`jalaka `An Qawmika Yā Mūsaá.
“Dan mengapa engkau datang lebih cepat daripada kaummu, wahai Musa?”
Qāla Hum 'Ūlā'i `Alaá 'Atharī Wa `Ajiltu 'Ilayka Rabbi Litarđaá.
Dia (Musa) berkata, “Itu mereka sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku).”
Qāla Fa'innā Qad Fatannā Qawmaka Min Ba`dika Wa 'Ađallahum As-Sāmirīyu.
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”
Faraja`a Mūsaá 'Ilaá Qawmihi Ghađbāna 'Asifāan Qāla Yā Qawmi 'Alam Ya`idkum Rabbukum Wa`dāan Ĥasanāan 'Afaţāla `Alaykum Al-`Ahdu 'Am 'Aradtum 'An Yaĥilla `Alaykum Ghađabun Min Rabbikum Fa'akhlaftum Maw`idī.
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Dia (Musa) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu, mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
Qālū Mā 'Akhlafnā Maw`idaka Bimalkinā Wa Lakinnā Ĥummilnā 'Awzārāan Min Zīnati Al-Qawmi Faqadhafnāhā Fakadhalika 'Alqaá As-Sāmirīyu.
Mereka berkata, “Kami tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat dari perhiasan kaum (Fir‘aun) itu, kemudian kami melemparkannya (ke dalam api), dan demikian pula Samiri melemparkannya,
Fa'akhraja Lahum `Ijlāan Jasadāan Lahu Khuwārun Faqālū Hādhā 'Ilahukum Wa 'Ilahu Mūsaá Fanasiya.
kemudian (dari lubang api itu) dia (Samiri) mengeluarkan (patung) anak sapi yang bertubuh dan bersuara untuk mereka, maka mereka berkata, “Inilah Tuhanmu dan Tuhannya Musa, tetapi dia (Musa) telah lupa.”
'Afalā Yarawna 'Allā Yarji`u 'Ilayhim Qawlāan Wa Lā Yamliku Lahum Đarrāan Wa Lā Naf`āan.
Maka tidakkah mereka memperhatikan bahwa (patung anak sapi itu) tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak kuasa menolak mudarat mau-pun mendatangkan manfaat kepada mereka?
Wa Laqad Qāla Lahum Hārūnu Min Qablu Yā Qawmi 'Innamā Futintum Bihi Wa 'Inna Rabbakum Ar-Raĥmānu Fa Attabi`ūnī Wa 'Aţī`ū 'Amrī.
Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekedar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.”