Qāla Kadhāliki Qāla Rabbuki Huwa `Alayya Hayyinun Wa Linaj`alahu 'Āyatan Lilnnāsi Wa Raĥmatan Minnā Wa Kāna 'Amrāan Maqđīyāan.
Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”
Faĥamalat/hu Fāntabadhat Bihi Makānāan Qaşīyāan.
Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
Fa'ajā'ahā Al-Makhāđu 'Ilaá Jidh`i An-Nakhlati Qālat Yā Laytanī Mittu Qabla Hādhā Wa Kuntu Nasyāan Mansīyāan.
Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”
Fanādāhā Min Taĥtihā 'Allā Taĥzanī Qad Ja`ala Rabbuki Taĥtaki Sarīyāan.
Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Wa Huzzī 'Ilayki Bijidh`i An-Nakhlati Tusāqiţ `Alayki Ruţabāan Janīyāan.
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Fakulī Wa Ashrabī Wa Qarrī `Aynāan Fa'immā Taraynna Mina Al-Bashari 'Aĥadāan Faqūlī 'Innī Nadhartu Lilrraĥmani Şawmāan Falan 'Ukallima Al-Yawma 'Insīyāan.
Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”
Fa'atat Bihi Qawmahā Taĥmiluhu Qālū Yā Maryamu Laqad Ji'ti Shay'āan Farīyāan.
Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.
Yā 'Ukhta Hārūna Mā Kāna 'Abūki Amra'a Saw'in Wa Mā Kānat 'Ummuki Baghīyāan.
Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
Fa'ashārat 'Ilayhi Qālū Kayfa Nukallimu Man Kāna Fī Al-Mahdi Şabīyāan.
Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Qāla 'Innī `Abdu Allāhi 'Ātāniya Al-Kitāba Wa Ja`alanī Nabīyāan.
Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.